Tunggal ketiga saat itu adalah bocah mungil berusia 14 tahun Mia Audina yang dipasang melawan Zhang Ning salah satu pemain top China saat itu, dan perjuangan penuh semangat yang pantang menyerah dari Mia Audina akhirnya membuahkan hasil piala Uber berhasil kita rebut dari juara bertahan China.
Bukan mengecilkan arti perjuangan tim Thomas dan Uber kita, khususnya tim Thomas kekalahan yang dialami oleh pemain kita di piala Sudirman lalu sangat mengecewakan, seperti kalah tanpa semangat perlawanan, tidak bisa kita abaikan faktor "semangat juang".Â
Apalagi atas nama bangsa itu punya dampak yang besar dalam merebut kemenangan pada event kejuaraan yang bersifat mewakili negara, seperti piala Sudirman, piala Thomas dan Uber, juga Olimpiade, Asian Games dan Seagames, hanya Greysia/Apriyani yang punya semangat itu meski secara kualitas peringkatnya berada dibawah lawannya tapi semangat juang mereka menutup semua kelemahan.Â
Dan itu tidak bisa ditunjukkan oleh tim putra kita yang secara kualitas lebih baik dari lawannya tapi kalah dari lawan yang punya semangat membela nama bangsa dan negara.
Sebagai penutup, saya cuma ingin sampaikan bahwa latihan serius menjelang kejuaraan dimulai tidak berarti banyak bagi pemain kita yang memang secara teknis sudah sangat baik.Â
Yang mereka perlukan adalah bagaimana menanamkan dalam diri dan pikiran mereka, bahwa yang bermain bukanlah mereka secara pribadi tapi yang bermain adalah Indonesia dengan 270 juta penduduknya, bahwa ada semangat merah putih yang harus dijunjung tinggi, harus ada semangat kuat bahwa Indonesia tidak boleh kalah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H