Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Spektakuler, Emma Raducanu Ukir Banyak Rekor di US Open

12 September 2021   10:59 Diperbarui: 12 September 2021   11:08 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: Senyum bahagia Raducanu (indidesport.co)

Perang Bintang di Flushing Meadows, New York antara dua remaja yang sedang bersinar, petenis kualifikasi berusia 18 tahun Emma Raducanu akhirnya menyelesaikan debut impiannya dengan kemenangan 6-4, 6-3 atas Leylah Fernandez yang berusia 19 tahun untuk merebut mahkota Grand Slam pertamanya.

Ada kegugupan, ada kegelisahan dari kedua remaja yang berlaga ini, namun kesemuanya dapat dimengerti, bahkan disinilah daya tarik dari dua anak muda di wilayah yang belum pernah mereka rasakan dan memainkan pertandingan terbesar dalam hidup mereka di Arthur Ashe Stadium.

Sebelum US Open, baik Raducanu maupun Fernandez belum pernah melewati putaran keempat turnamen grand slam hingga minggu ini, perjuangan panjang dan menakjubkan mereka tunjukkan di Flushing Meadows, hingga keduanya harus bertarung di final putri yang menggetarkan yang ditandai dengan kemenangan di baseline dan permainan all-court yang gagah berani.

"Saya pikir final ini menunjukkan bahwa masa depan tenis wanita dan kedalaman permainan saat ini sangat bagus," kata Raducanu saat wawancara di lapangan.

"Saya pikir setiap pemain di undian putri pasti memiliki kesempatan untuk memenangkan turnamen apa pun. Saya berharap generasi berikutnya dapat mengikuti jejak para legenda terhebat---seperti Billie Jean King---dan semua orang yang berada di puncak permainan saat ini." tambah Raducanu.

Final Grand Slam pertama pria ataupun wanita yang diperebutkan oleh dua pemain yang tidak diunggulkan, ini adalah pertarungan yang pada awalnya mustahil diprediksi oleh siapa pun, menampilkan pemain kualifikasi peringkat ke-150 Emma Raducanu dan Leylah Fernandez yang kurang dikenal dan berada di peringkat ke-73. Leylah Fernandez dalam road to finalnya telah menyingkirkan tiga petenis putri top five, Osaka (3), Svitolina (5) dan Sabalenka (2), termasuk juga mantan petenis nomor 1 dunia dan juara US Open 2016 Angelique Kerber.

Yang tidak kalah luar biasanya adalah perjalanan Raducanu menuju gelar, dia harus melalui 10 pertandingan, termasuk tiga kemenangan di babak kualifikasi, dan dia melakukannya dengan sangat menakjubkan tanpa kehilangan satu set pun di sepanjang perjalanannya, dan berjuang melewati orang-orang seperti Belinda Bencic, peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, dan Maria Sakkari No. 17.

Di final. Raducanu langsung menegaskan permainan menekannya dengan pukulan hebatnya sejak awal, sehingga membuat Fernandez berada di bawah tekanan, dan berhasil mematahkan servis Fernandez dalam permainan maraton untuk memimpin 2-0.

Meskipun Fernandez dengan cepat membalas, dia harus mengejar ketinggalan saat Raducanu terus meningkatkan intensitas permainannya, namun sayangnya ia banyak melakukan kesalahan sendiri. Petenis remaja inggris Raducanu menguasai pertandingan di set pertama, Raducanu menutup set pertama dengan kemenangan 6-4, setelah melewati empat kali set point dengan sebuah pukulan forehand winner.

Pada set kedua, Fernandez sempat membuka harapan untuk sebuah pertarungan rubber set, petenis Kanada ini memimpin lebih dulu, namun Raducanu bangkit dari break down. 

Raducanu melangkah ke lapangan dengan semangat untuk mengambil setiap kesempatan membalas, hingga dia berhasil merebut empat game berikutnya untuk memimpin 5-2. Fernandez yang mampu memperkecil ketinggalan di game ke-8 dengan 5-3, sepertinya akan mendapat "keuntungan" saat Raducanu harus mengambil waktu medis setelah lututnya terluka saat meluncur di lapangan.

Namun sedikit luka dan darah tidak mampu membendung semangat jiwa muda Raducanu. Setelah dua kali match point yang gagal, pada match point ketiga Raducanu tak menyia-nyiakan kesempatannya dengan sebuah Ace, melepaskan servis maut yang tidak mampu diantisipasi oleh Fernandez. Raducanu mengukir sejarah bagi dirinya.

Sulit untuk dikatakan betapa luar biasanya pencapaian Raducanu ini, melakukan debut dengan melalui kualifikasi untuk mencapai final dan memenangkan turnamen grand slam, dimana Raducanu juga mencatatkan diri sebagai petenis wanita dengan penampilan yang paling sedikit untuk memenangkan gelar

Setelah menjadi kualifikasi pertama yang pernah mencapai final Slam, Raducanu juga menjadi petenis wanita dengan penampilan paling sedikit untuk memenangkan gelar turnamen utama (Grand Slam). Bianca Andrescu memenangkan gelar AS Terbuka pada 2019 dalam penampilan Grand Slam keempatnya, sama dengan catatan yang dibuat oleh Monica Seles di Prancis Terbuka 1990. 

Namun Raducanu melakukan itu hanya dalam dua penampilan utama, setelah dalam penampilan pertamanya mencapai babak keempat di Wimbledon awal musim panas ini, itupun Raducanu terpaksa kalah walk over karena kondisi darurat medis.

Memasuki turnamen, Raducanu yang telah mengumpulkan hadiah uang sebesar $ 303.376 selama karirnya, kini dia akan pulang dengan membawa hadiah $ 2,48 juta atas kemenangan yang diraihnya di final.

Dikutip dari insidesport.co, Ratu Inggris Elizabeth, dalam sebuah pernyataan, mengucapkan selamat kepada Raducanu atas keberhasilannya dan mengatakan itu adalah bukti kerja keras dan dedikasinya.

"Saya mengucapkan selamat kepada Anda atas keberhasilan Anda memenangkan Kejuaraan Tenis Terbuka Amerika Serikat. Ini adalah pencapaian luar biasa di usia yang begitu muda, dan merupakan bukti kerja keras dan dedikasi Anda. Saya yakin penampilan luar biasa Anda, dan lawan Anda Leylah Fernandez, akan menginspirasi generasi pemain tenis berikutnya. Saya mengirimkan harapan baik saya yang terhangat kepada Anda dan banyak pendukung Anda," bunyi pernyataan itu. 

Melalui Twitter, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Raducanu menunjukkan keterampilan luar biasa dalam permainan.

"Pertandingan yang sensasional! Selamat untuk Emma Raducanu. Anda menunjukkan keterampilan, ketenangan, dan keberanian yang luar biasa dan kami semua sangat bangga dengan Anda. #USOpen," cuitnya.

Menteri Olahraga Inggris Nigel Huddleston juga tidak ketinggalan memuji prestasi pemain berusia 18 tahun itu.

Raducanu telah menjadi kualifikasi pertama, pria ataupun wanita, yang pernah maju ke final utama. Ini adalah final utama sesama remaja pertama sejak Serena Williams mengalahkan Martina Hingis di AS Terbuka 1999, saat dimana Raducanu belum lagi dilahirkan.

Dia adalah finalis utama Inggris termuda dalam 62 tahun, wanita Inggris pertama yang mencapai final Grand Slam dalam 44 tahun, dan wanita Inggris pertama yang mencapai final US Open dalam 53 tahun, menurut data dari wtatennis.com.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun