2. Pura babbara' sompekku, pura tangkisik golikku, ulebbirenni tellennge nato'walie.
Secara harafiah terjemahannya adalah:
"layarku sudah terkembang, kemudiku sudah terpasang, lebih baik tenggelam daripada kembali."
Peribahasa ini bermakna tentang keteguhan atas tekad yang bulat namun disertai sifat kehati-hatian atau cermat sebelum melakukan sesuatu. Seseorang dalam melakukan sesuatu perbuatan yang baik tidak boleh terburu-buru akan tetapi harus memastikan kesiapan segala sesuatunya, sebab akan berdampak buruk pada dirinya sendiri. Perlu melakukan pemeriksaan dengan teliti dan memastikan benar-benar tidak ada kekurangan barulah bisa memulai apa yang ingin dilakukan. Dan jika telah dilakukan harus dengan penuh keteguhan tidak ada kata menyerah walau apapun resikonya.
3. Aju maluruemi riala parewa bola.
Peribahasa ini artinya:
"Hanyalah kayu yang lurus yang dijadikan ramuan rumah."
Dalam peribahasa ini, kata "kayu" memiliki makna seorang pemimpin. Maksudnya hanya orang yang memiliki kepribadian yang lurus atau jujur dan adil yang bisa dijadikan pemimpin.
Peribahasa ini mengajarkan kepada kita untuk selalu menjaga "kelurusan" sikap dan laku karena hanya orang-orang yang lurus yang mampu melaksanakan kewajiban dan melindungi apa yang dia pimpin. Disamping itu, ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana melihat dan memilih pemimpin untuk menghindari terjadinya banyak masalah.
4. Reso temmangingi namalomo naletei pammase dewata.
Peribahasa ini artinya: