Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Haruskah Kembali Belajar dari Rumah?

3 Januari 2021   22:25 Diperbarui: 3 Januari 2021   22:43 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, rasa bosan dari anak dan juga orangtua yang sudah cukup lama menjalani belajar dari rumah. Belajar sesungguhnya bukan saja hanya sekedar transfer pengetahuan, tapi juga menyangkut interaksi sosial anak terhadap lingkungannya, Proses belajar yang efektif itu tentu membutuhkan stimulus dari lingkungan si anak, "persaingan" positif di dalam kelas tentu dibutuhkan oleh siswa untuk meningkatkan minat belajarnya. Disamping itu interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa adalah lahan praktek langsung bagi siswa-siswi bagaimana hubungan antar sesama itu harus dijalankan.

Belajar dari rumah yang sangat dekat dengan akses internet, tentu juga akan mendekatkan putra-putri kita dengan game-game elektronik di perangkat HP, dimana keranjingan bermain game ini banyak menyebabkan anak-anak menderita penyakit baik secara fisik maupun psikis anak, hal-hal seperti ini sudah jamak kita lihat di sekitar kita dan bahkan mungkin dialami sendiri oleh kita.

Menyikapi hal-hal di atas, karena biar bagaimanapun proses belajar mengajar di semester genap tahun ajaran ini harus tetap berlangsung secara daring, maka dibutuhkan kesepahaman dan kesatuan langkah antara otoritas pendidikan (pemerintah), guru, orangtua siswa dan siswa serta pihak ketiga (stakeholder pendidikan) khususnya dalam hal terlaksananya proses pembelajaran yang bebas biaya.

Berikutnya orangtua harus mau belajar untuk tidak menggunakan standar perasaan saat mendampingi anak-anaknya dalam belajar, tips sederhana yang bisa dicoba adalah menganggap anak kita adalah anak orang lain atau kalau bisa saat anak belajar ada teman sekelasnya yang ikut belajar bersama. Hal ini bisa kita buktikan, saat mengajar anak orang lain kesabaran kita jauh lebih bisa kita kendalikan dibanding dengan menghadapi anak kita sendiri.

Semoga pandemi ini segera berakhir, agar "cerita horor" sekolah daring ini juga segera berakhir, anak-anak menemukan kembali keceriaannya yang telah hampir setahun ini direnggut oleh covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun