Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Pahlawan dari Sudut Warung Kopi

11 November 2020   09:04 Diperbarui: 11 November 2020   09:10 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fian kemudian menceritakan kisah yang dibacanya di sebuah laman internet, bagaimana ketika tentara pejuang kita, mencoba menghambat laju pergerakan maju dari pasukan Belanda, dengan cara ingin meruntuhkan sebuah jembatan tua, namun cukup strategis.

Berkali-kali upaya meruntuhkan jembatan tersebut, dengan cara meledakkannya, selalu saja gagal, dinamit yang dipasang dan ditanam tidak bisa meledak, berkali-kali dicoba dan hasilnya selalu saja tetap sama, hal ini tentu saja membuat para pejuang berkesimpulan bahwa ada satu kekuatan gaib yang melindungi jembatan tersebut. 

Dan demikianlah adanya, ketika Sang Komandan pasukan, pergi untuk melihat langsung kondisi jembatan, disaat itu menjelang malam, mereka melihat disisi jembatan telah menunggu pasukan kerajaan dari jaman dulu, lengkap dengan persenjataan kuno mereka menghadang para pejuang, kontan saja mereka semua berhamburan melarikan diri, meninggalkan Sang Komandan seorang diri. 

Namun Sang Komandan meskipun dalam keadaan takut tapi tetap tenang, beliau memperkenalkan diri sebagai komandan dari pasukan pejuang, dan mohon izin untuk menghancurkan jembatan demi menghalangi tentara musuh. 

Selesai berkata demikian tiba-tiba ribuan tentara kerajaan kuno tersebut raib, entah kemana. Ketika keesokan harinya percobaan menghancurkan jembatan tersebut dilakukan, hanya sekali coba langsung meledak dan jembatan tersebut runtuh. Begitu cerita Fian tentang hal-hal mistis yang kadang terjadi dan mewarnai perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan ini.

Diceritakan pula oleh Fian, bagaimana ketika sang komandan itu tertangkap oleh pihak musuh, beliau dibawa ke markas musuh untuk diinterogasi, beliau dipaksa untuk menyerah dan menjadi pasukan musuh, namun beliau bersikukuh tak mau bergabung dengan musuh, beliau tak terbujuk oleh rayuan musuh dan tetap menjaga kerahasiaan kekuatan pasukannya dan juga kawan-kawannya. 

Tentu saja kekeras kepalaan sang komandan yang tidak mau bekerjasama dengan pihak musuh ini, harus dibayar mahal olehnya, siksaan demi siksaan baik secara fisik maupun psikis terus saja dialaminya, namun dia tetap tak bergeming, hingga pada akhirnya beliau dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan eksekusi akan dilaksanakan di lapangan keesokan harinya. 

Tengah malam saat sudah berganti tanggal, proses eksekusi akan segera dilaksanakan, sang komandan digiring ke sebuah ladang untuk segera dieksekusi. Dalam keadaan yang kritis ibarat telur di ujung tanduk, ibarat leher telah di ujung kilau pedang, pertolongan Allah datang. Saat akan dinaikkan ke atas kendaraan, tiba-tiba saja ada kabut tebal yang turun, membuat para serdadu musuh sejenak kehilangan fokus. 

Dalam sepersekian detik Sang Komandan melihat ada peluang untuk meloloskan diri, melihat para tentara yang mengawalnya sedikit lengah, hanya seorang pengawal yang ada tepat di belakangnya, entah kekuatan darimana dengan sekali ayunan tangan yang masih dalam keadaan terborgol, Sang Komandan memutar tubuhnya dan tangannya tepat menghantam kepala penjaganya yang langsung terjengkang ke belakang dan jatuh dari atas truk, belum sempat ia tersadar Sang Komandan telah melompat tepat di atas perutnya yang membuat Sang Penjaga langsung tak berkutik. 

Tanpa menunggu lama Sang Komandan pun langsung melarikan diri menerobos kelebatan semak, meski dengan kedua tangan yang masih terborgol. Dia pun berhasil lolos dan mencapai ke batas kota, meski dengan sejumlah luka yang menghiasi wajah dan sekujur tubuhnya akibat dari penyiksaan kala diinterogasi. 

Sang komandan pun akhirnya berhasil menemui sisa pasukannya, yang begitu bersukacita melihat komandannya berhasil meloloskan diri dari maut yang sudah di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun