Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Pahlawan dari Sudut Warung Kopi

11 November 2020   09:04 Diperbarui: 11 November 2020   09:10 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam sudah mulai larut, tapi suasana warung kopi Daeng masih cukup ramai, kelompok kami juga masih asyik dan semakin seru tenggelam dalam obralan ngalor ngidul ala warung kopi. 

Mulai dari topik olahraga, budaya, kejantanan pria serta politik hingga perjuangan kemerdekaan bangsa ini, ramai jadi bahan cerita namun tak pernah tuntas, tiba tiba entah bagaimana telah berganti topik. 

Namun bincang-bincang warung kopi kami mulai lebih fokus, ketika berbicara tentang pahlawan bangsa, pejuang bangsa yang sepertinya telah kehilangan tempat di hati para generasi milenial kita. 

Kisah-kisah perang kemerdekaan memang selalu asyik untuk diceritakan, namun entah mengapa, di jaman milenial ini, kisah-kisah heroik dan patriotik para pahlawan dan pejuang bangsa ini, sepertinya kalah pamor, dengan cerita super hero imajinatif dari eropa ataupun jepang. 

Mereka lebih mengenal dan bangga menyebutkan pahlawan imajinatif asing yang tergabung dalam justice league, seperti Superman, Capt. Marvel, Batman, bahkan Power Rangers. 

Juga pahlawan imajinatif rekaan dari Jepang seperti Ultraman, Kamen Raider dan lain-lain. Anak milenial mungkin hanya mengenal nama-nama pahlawannya, bukan sebagai wujud penghargaan atas jasa-jasa mereka, tapi sekedar pengetahuan agar bisa lulus ujian sekolah saja. 

Bahkan mungkin mereka hanya mengenal nama pahlawan sekedar sebagai nama dari sebuah jalan di kota mereka, lalu bagaimana mereka bisa mengenal perjuangan dan pengorbanan yang heroik para pejuang yang namanya dan perjuangannya tidak tercatat dalam sejarah perjuangan yang diajarkan di sekolah, padahal ada begitu banyak hal-hal heroik dan membanggakan yang telah ditunjukkan oleh pejuang bangsa baik yang telah gugur sebagai pahlawan tanpa nama, maupun yang kini sebagai veteran perang yang dipandang sebagai laskar tak berguna, begitu miris. 

Heroisme dan patriotisme para pejuang bangsa hanya ada di dada para pejuang itu sendiri, paling jauh itu hanya mengalir dalam diri sanak keluarganya saja. 

Padahal sejatinya semangat heroisme dan patriotisme itu haruslah mengalir dalam dada para pemuda generasi penerus bangsa, sebagai pembangkit dari rasa nasionalisme yang perlahan mulai luntur.

"Sepertinya anak-anak sekarang, justru lebih mengidolakan Batman, karena mereka melihat heroisme Batman melawan Joker, yang divisualisasikan secara nyata dan heroik dalam film, begitu juga Superman, Spiderman, Kamen Raider dan macam-macam" kata Andi mencoba memberikan pendapatnya.

"Coba kita tanya pada diri kita sendiri, perjuangan heroik seperti apa yang dilakukan oleh Jendral Sudirman, oleh Imam Bonjol, paling kita tahu beliau-beliau semua berjuang melawan penjajah Belanda, tapi kita tak pernah tahu atau sudah lupa bagaimana mereka berjuang selamat dari musuh dan menghancurkan musuh, yang sebenarnya jauh lebih seru daripada pertarungan antara Batman melawan Joker" kata Andi lagi begitu serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun