Larangan itu dituangkan dalam surat bernomor 103/LIB/II/2020 perihal Penegasan Implementasi Peraturan Nasional Terkait Sponsor Industri Olahraga yang ditandatangani oleh Direktur Utama PT. LIB Cucu Somantri pada Selasa, 25 Februari 2020.
Jangan sampai dengan melihat kondisi industri sepakbola kita yang bagai kerakap hidup di batu hingga ada pemikiran "gila" tentang bagaimana industri sepakbola Indonesia bisa survive bahkan bisa lebih dinamis yakni dengan menggandeng "operator judi" ke dalam sponsorship Liga, sebagaimana yang pernah coba ditempuh oleh klub Persikabo tersebut. Tentu ini merupakan ide yang sangat tidak populer, bahkan cenderung akan menjadi pro kontra berkepanjangan.
Aturan tentang judi di negeri ini sudah sangat jelas, diharamkan tapi aturan terkait sponsorship dari industri operator judi belum ada, mungkin ada celah baik dari sudut pandang hukum maupun sudut pandang sosial budaya dan agama yang bisa "dikompromikan".
Di kompetisi sepakbola liga Inggris, yang kerap dianggap sebagai salah satu kiblat sepak bola dunia, kaitan situs judi online dengan klub-klub sepakbola sangat kental. Menurut data, jumlah klub dalam dua kasta teratas kompetisi di Inggris ada sebanyak 27 klub dari 44 klub (hampir 60 persen) disponsori perusahaan judi.
Fakta itu sempat memicu keprihatinan. Mantan bos Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Mark Palios, menyebut kaitan perusahaan judi dan klub sepak bola "sudah terlalu jauh". (Dikutip dari Tempo)
Operator judi bola online seperti SBOBET, 365BET, SBOTOP, Mansion88 dan banyak lagi situs judi online begitu atraktif melakukan bisnisnya, meski di banyak negara termasuk Indonesia bisnis judi adalah sesuatu yang dianggap ilegal, namun tentu ada juga negara yang melegalkannya.Â
Dari data yang ada bahwa 60 persen transaksi judi online terjadi di Asia termasuk di Asia tenggara dengan basis di Filipina, dan di Indonesia juga tak terkecuali bisnis judi online ini cukup marak, bahkan isunya salah satu operator judi online terbesar dunia yakni Mansion 88 adalah milik konglomerat asal Indonesia.
Semoga saja kondisi pandemi covid-19, kelesuan perekonomian dan kevakuman kompetisi tidak menjadikan kita khilaf untuk menerima kerjasama sponsorship dengan perusahaan operator judi bola online.Â
Karena mudaratnya jauh lebih besar, bukan saja dari keharamannya tapi juga dari campur tangan mafia sepakbola yang sangat merusak sportifitas dan iklim kompetisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H