Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka untuk Emmanuel Macron

2 November 2020   22:20 Diperbarui: 2 November 2020   22:28 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan Macron apa hubungan antara nabi kami Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dengan kekerasan yang engkau tuduhkan, "orang gila" yang melakukan kekerasan (yang kebetulan mengaku Islam) kenapa nabi kami yang kalian lecehkan?

Tuan Macron mungkin saking inteleknya anda maka kebodohan fatal yang menginap dipikiran anda, anda anggap kepintaran, anda menyinggung tentang kekerasan yang tidak bisa dibenarkan, itu sangat betul sekali, dan untuk itu seluruh ummat muslim bukan saja ada di belakang anda tapi kami akan jadi ujung tombakmu.

Tapi tidak sadarkah anda bahwa kartun yang anda katakan sebagai kebebasan berekspresi itu sesungguhnya adalah "kekerasan" non fisik yang sangat mencederai hak dasar kami sebagai manusia. Yah sekali lagi saya katakan hak dasar kami sebagai manusia untuk beragama, berkeyakinan dan untuk dihargai (saya yakin hanya manusia BODOH yang tidak mengatakan ini sebagai hak paling mendasar) lalu wajarkah hak dasar kami milyaran ummat muslim di seluruh dunia engkau izinkan diinjak-injak oleh segelintir orang yang hanya berorientasi oplah dari terbitan majalah satire, nadzubillah min dzalik, otak!!!  otakmu dimana?

Tuan Macron kasus penyerangan charlie hebdo, penyerangan terhadap Samuel Paty itu adalah kasus individual yang kebetulan dilakukan oleh orang-orang yang sakit, yang mungkin saja dipicu oleh ketidakadilan yang tuan lakukan terhadap keyakinan mereka, saya yakin sebagai orang intelek anda pasti tahu bahwa radikalisme tidak mungkin lahir dan berdiri dengan sendirinya, pasti ada sesuatu yang mendasarinya dan salah satunya adalah perkara ketidakadilan.

Apa yang para radikalis suarakan, apa yang mereka perbuat kami lawan, coba anda tunjukkan pada kami negara muslim mana yang memelihara para radikalis itu, justru yang lebih marak adalah para radikalis itu merongrong kedaulatan negara yang mayoritas muslim.

Tuan Macron apa yang anda katakan tentang kekerasan, tentang hak-hak dan tentang kebebasan seperti dalam kutipan di atas adalah lelucon yang membuat menangis pendengarnya, hanya berlaku di anda yang mendzalimi keyakinan kami dan tidak berlaku bagi kami yang terdzalimi keyakinannya.

Anda juga mengecam seruan untuk memboikot produk-produk Perancis di negara mayoritas Muslim, Anda mengatakan seruan boikot terhadap produk Perancis adalah "tidak layak" dan "tidak dapat diterima". Tidak sadarkah anda?. Kalau seruan ini anda anggap "tidak layak" dan "tidak dapat diterima", kenapa? Bukankah seruan itu juga hak berekspresi dari orang-orang yang harus dihormati?, Standar anda terhadap hak berekspresi perlu di up grade tuan Macron.

Saya punya hak untuk "kencing" maka izinkan saya atas nama hak, untuk "kencing" di wajah anda tuan Macron. Bolehkah?.

Tuan Macron, saya mau ingatkan saja peristiwa pembantaian ummat muslim yang dilakukan oleh Brenton Tarrant pada mesjid di Christchurch, Selandia Baru, 51 orang tewas, 40 terluka fisik, dan ratusan bahkan ribuan yang terluka secara psikis.

Brenton melakukan itu bukan karena alasan nabinya dilecehkan, bukan karena agamanya atau rasnya dilecehkan, tapi itu ia lakukan terhadap para korban karena satu alasan saja yakni karena mereka adalah orang Islam, Tuan Macron ini adalah kekejian yang luar biasa, pelakunya pantas dan bahkan harus dikutuk oleh setiap orang yang mengaku manusia, tapi coba anda baca apa yang dikatakan oleh orang tua salah seorang korban.

John Milne, yang putranya Sayyad (14 tahun) dibunuh, mengatakan sejak pembunuhan itu mentalnya terluka, sehingga harus mendapatkan perawatan psikiatri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun