Mohon tunggu...
Chaerul Sabara
Chaerul Sabara Mohon Tunggu... Insinyur - Pegawai Negeri Sipil

Suka nulis suka-suka____

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Kontroversial 3 Diktator

28 Juni 2020   20:44 Diperbarui: 28 Juni 2020   20:52 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diberitakan pula, stasiun televisi Korut melaporkan saat Kim Jong Il meninggal, langit tiba-tiba memerah di atas Gunung Paektu, tempat yang diklaim sebagai tempat lahir Kim. Di waktu bersamaan, dikabarkan pula es di Danau Chon retak begitu keras. 

Suaranya sampai terdengar di langit dan bumi. Sebagai Pemimpin Tertinggi, Kim Jong Il memperoleh gelar "Pemimpin Tersayang" untuk membedakannya dari sang ayah, Pendiri Korut Kim Il Sung sebagai "Pemimpin Agung". Hari ulang tahun Kim Jong Il bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional Korea Utara.

Saking misteriusnya sampai-sampai kematian Kim Jong Il pun sempat menjadi misteri dan dirahasiakan secara rapat oleh pihak Korea Utara, kabar kematiannya bisa diketahui oleh dunia dari bocoran informasi intelijen CIA, dimana diduga kebocoran rahasia itu, berasal dari dokter asal Perancis yang merawat Kim Jong Il, yang kala itu masih memakai jasa dokter dari luar negaranya. Informasi menyebutkan jika Kim Jong Il meninggal pada 17 Desember 2011 namun berita kematiannya baru diketahui oleh dunia internasional pada 19 Desember 2011.

Jadi selama dua hari itu disebutkan Korea Utara dipimpin oleh mayat hidup. Bahkan ada rumor yang merebak bahwa Kim Jong Il sebenarnya sudah meninggal sejak tahun 2003 karena penyakit diabetes akut yang dideritanya, hanya saja selama itu dinas rahasia Korea Utara merahasiakannya dengan memakai tubuh orang lain yang mirip untuk menggantikan Kim Jong Il yang asli.

 Sumber :
History BBC
Kompas. Com
Republika.co.id
IDNTimes. Com
www.Tionghoa.info

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun