"Ini ikan nopu, atau ikan Scorpion berbisa durinya," Ance' melanjutkan sambil tangannya cekatan melepaskan ikan dari mata kail.Â
Ance' memang pemancing senior, siapapun yang sering mancing di teluk pasti kenal beliau, bahkan ikan di teluk pun kayaknya kenal sama Ance', sudah lebih dari 15 tahun belakangan ini saya tidak pernah lagi ketemu Ance' memancing, mungkin beliau sudah sangat sepuh bahkan mungkin telah meninggal dunia.
Hari itu kami pulang membawa hasil yang lumayan banyak.
Hari-hari lainnya kamipun tinggal memilih dimana akan memancing, di seputaran pelabuhan, di kampung butung, juga di jembatan Wanggu, atau memancing di bagang serta memancing sambil berperahu di tengah teluk. Asyiknya memancing di teluk bagi kami tidak pernah membosankan.Â
Salah seorang anak kompleks yang saya juluki raja mancing yaitu Jemi bagaimana tidak semua jenis ikan atau isi teluk yang sepertinya sulit untuk dipancing pernah hook up dipancing Jemi mulai dari kepiting sebesar piring, lobster, cumi cumi sampai kuda laut menyerah di tangannya.
Banyak kenangan yang ditorehkan oleh teluk Kendari, dulu di pasar jika ada ikan balanak, biasa penjual ikan mempromosikan jualan ikannya sebagai "balanak lepo-lepo", karena memang rasa ikan balanak lepo-lepo lebih gurih dan enak, balanak lepo-lepo ini asli dari sungai wanggu yang bermuara di teluk. Semua itu tidak mungkin lagi bisa kembali hanya kenangannya saja yang akan selalu melekat di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H