Bagi kami pemancing "baku tarik" dengan ikan sensasinya tidak ada yang jual di pasar he he he. Saya yang kebetulan lebih dekat dengan pancing itu akhirnya yang dapat duluan.
Saya pun segera bertarung melawan tarikan ikan yang lain dari biasanya, tarikannya begitu kuat melayang dan menekan, sampai akhirnya saya tidak bisa lagi menarik sepertinya tersangkut, dasar saya masih amatiran akhirnya kalah melawan tarikan ikan.
"Ikan pari itu.. dia sudah tanam dirinya di pasir, biar ko tarik tidak bisa naik," kata Ance' sambil mengeluarkan sesuatu dari tempat alat pancingnya, ternyata yang dikeluarkannya adalah beberapa buah mur.
"Untuk apa itu Ance' ?" tanyaku keheranan.
"Putuskan dulu tasinya, baru kasih masuk ini mur, " Ance' menyuruh Amba yang punya pancing.
"Kasih kencang biar ini mur sampai di mulutnya ikan, begitu dia kaget berenang, langsung tarik," kembali Ance'memberi petunjuk.
Begitulah ikan benar kaget langsung berenang, dan akhirnya berhasil ditarik ke atas.
"Awas hati-hati ekornya ada tajinya," Ance' mengingatkan.
Dan akhirnya pari selebar bantal berhasil dipancing, sebagai mula balu alias pembuka rezeki kami, yang hari itu berhasil menaikkan bermacam-macam jenis ikan mulai dari kanera, korapu, kakap merah dan putih, ikan tapi-tapi, sunu dan nopu hingga belut laut bahkan ikan buntuti alias buntala' karisa' (ikan buntal) sebesar bola kaki pun ada.Â
Sementara itu di saat hampir bersamaan pancingan milik Luther juga ditarik ikan, Luther pun bergulat dengan pancingnya dan berhasil menaikkan seekor ikan yang kelihatan aneh, baru saja Luther hendak melepaskan ikan dari mata kail, tiba-tiba Ance' berteriak, "Awasko.. tunggu dulu."
"Jangan sembarang ko pegang ini ikan, ada durinya yang berbisa sekali," kata Ance' lagi.