Mohon tunggu...
Chrystina Yohana Limas
Chrystina Yohana Limas Mohon Tunggu... karyawan swasta -

simpel, hard worker

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Masa Depan Keuangan Kamu Ditentukan dari Caramu Mengaturnya Saat Ini

21 April 2016   15:25 Diperbarui: 6 September 2017   14:09 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Bagaimana masa depan keuangan ditentukan dari pengaturan saat ini. Sumber: kabarbisnis.com"][/caption]Orangtua saya selalu bilang, masa depanmu yang menentukan bukan kami tetapi hal apa yang kamu lakukan saat ini, dan keputusan apa yang kamu ambil di masa saat ini. Begitu juga dengan keuangan saya, jika tidak dapat diatur dengan bijak dapat dipastikan akan seperti apa masa depan keuangan saya.

Bukan bermaksud menakut-nakuti saya namun mereka dengan bijak memberikan pemahaman yang benar. Semua ini bermula saat saya masih kecil, tepatnya ketika saya berusia 7 tahun. Saat itu saya sudah mengetahui konsep uang saku.

Orangtua saya hanya memberikan uang saku yang benar-benar cukup yakni untuk ongkos dan jaga-jaga jika ada keperluan lain seperti membayar fotokopi materi ataukah iuran ekstrakurikuler. Jika saya ingin membeli hal lain semisal buku atau apapun, saya harus menabung.

Kebiasaan ini saya lakukan hingga saya memasuki bangku kuliah. Saat itu saya resmi menyandang status anak kuliah plus anak kos. Di sinilah saya ditantang oleh orangtua saya untuk lebih mandiri. Khususnya ayah saya yang cukup ketat mendidik saya dalam hal keuangan.

Tentunya hal itu masih melekat dalam diri saya hingga saya bekerja yang tentunya konsep mengatur keuangan sudah lebih matang di kepala. Ada 7 prinsip yang sampai detik ini saya lakukan dan cukup berhasil membuat saya jeri jika saya tak lakukan untuk masa depan keuangan saya

Prinsip 1 : DEBT NOT FOR CONSUME HABBIT

Yups, utang bukan untuk sesuatu hal yang konsumtif. Saya memang memiliki kartu kredit dengan limit hampir 3 kali lipat gaji saya. Cukup menggoda iman saya jika saya jalan-jalan ke mall dan menemukan dress cantik atau buku yang sudah lama saya cari dan stoknya tinggal beberapa lagi di toko buku. Trik saya, jika ke mall saya selalu tinggal kartu kredit saya. Bahkan saat saya ke kantor pun saya tinggal. Yang saya bawa hanya kartu asuransi, dan kartu atm yang isinya juga gak banyak.

Prinsip 2 : CATAT SEMUA TRANSAKSI

Setiap saya habis melakukan transaksi, selalu saya catat. Either itu pengeluaran atau ada uang masuk dari project sampingan. Ataukah debet otomatis ke rekening khusus deposito dan reksa dana pasar uang yang saya ikuti.

Prinsip 3 : HABIS GAJIAN LANGSUNG DIBAGI

Setiap terima uang, entah itu dalam bentuk gaji ataupun project sampingan selalu saya bagi-bagi sesuai rincian yang sebelumnya sudah saya buat sebelum tanggal gajian. Bahkan saya membaginya sampai ke uang terkecil untuk kebutuhan harian yakni untuk makan dan ongkos sehari-hari.

Prinsip 4 : NEEDS ≠ WANTS

Sulit pada awalnya karena sebagai perempuan ada banyak printilan yang sulit dibedakan apakah itu kebutuhan ataukah keinginan mata. Tetapi saya berusaha melatihnya, berpikir ulang sebelum memutuskan beli. Misalnya kantor saya ingin mengadakan pesta dengan tema cocktail. Karena saya belum memiliki dress cocktail, otomatis saya harus membelinya agar tidak saltum dan tentunya menghargai panitia yang sudah bersusah payah mengadakan acara. Namun saya  biasanya sudah mengaturnya dalam bentuk uang darurat untuk keperluan mendadak. Jadi tidak perlu menggunakan kartu kredit untuk membelinya.

Prinsip 5 : PERPULUHAN WAJIB

Sedikit saya terangkan, perpuluhan yang dimaksud adalah uang yang sisihkan sebesar 10% untuk gereja di mana saya beribadah dan menjadi jemaat. Ini prinsip yang harus saya lakukan dan sudah ditanamkan sejak saya kecil oleh orangtua saya terutama ayah saya. Ini adalah wujud saya mengucap syukur kepada Tuhan karena uang yang saya dapatkan datangnya dari Dia. Saya hanya bertugas mengelolanya saja.

Prinsip 6 : TABUNGAN + INVESTASI IS A MUST

Tabungan untuk dana darurat itu harus saya miliki untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu pada saya. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi pada hidup saya. Jika saya terus berfoya-foya tetapi tidak merencanakan masa depan keuangan saya, akan terbayang seperti apa jika ada hal buruk menimpa hidup saya bukan? Dalam investasi saya lebih memilih reksa dana pasar uang di mana menurut teman saya yang bekerja dalam dunia perbankan lebih stabil dan cocok untuk orang dengan profil risiko seperti saya. Saya tak perlu takut menyimpan uang saya pada bank karena tentunya lebih aman dan terjamin, dan ada jaminan dari LPS sebanyak 2 miliar.

Prinsip 7 : HIDUP TAK HANYA HARI INI

Maksudnya? Pernah terlintas saat menerima uang rasanya ingin menghabiskan hari itu juga. Tetapi kita hidup tidak hanya untuk hari itu saja. Hidup kita terus berjalan bukan. Itulah yang orangtua saya ajarkan terutama ayah saya. Ini pernah saya alami saat ayah saya melatih saya memberi uang untuk satu bulan. Namun karena waktu itu saya berpikir “Ah, masih bisa lah diatur lagi nanti atau minta lagi aja” Resultnya ketika uang menipis dan saya mulai tak ada uang terpaksa menerima job sampingan dengan berjualan produk MLM dan menulis kecil-kecilan untuk membantu project teman saya. Ayah saya marah tetapi saat tahu apa yang saya lakukan untuk menopang hari selanjutnya, beliau tersenyum.

Itulah sekilas prinsip yang saya tanamkan dalam diri saya dan masih saya lakukan. Saya selalu menanamkan dalam alam bawah sadar saya apa yang akan terjadi jika itu tidak dilakukan. Itu cukup ampuh membuat bulu kuduk saya merinding.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun