Pertama : agama adalah bagian dari kebudayaan manusia.
Kedua : agama sebagai institusi sosial.
Â
Agama, sebagai bagian dari kebudayaan manusia, merangkum pola perilaku yang diikuti oleh penganutnya, baik dalam aspek fisik maupun spiritual[5]. Perilaku keagamaan, baik yang dipraktikkan secara individu atau dalam kelompok, cenderung beragam tergantung pada faktor geografis dan pengaruh kebudayaan di wilayah tersebut. Emilie Durkheim menyatakan bahwa agama adalah sumber yang sangat berharga dalam pembentukan kebudayaan yang maju, sedangkan pandangan Karl Marx menggambarkan agama sebagai bentuk candu yang mempengaruhi manusia[6]. Dari perspektif mereka berdua, agama dapat dipahami sebagai kumpulan aktivitas manusia dan bentuk-bentuk sosial yang memiliki arti penting dalam masyarakat. Keduanya memberikan asumsi tentang agama dalam konteks sosiologisnya masing-masing.
Â
Aspek sosial yang terdapat dalam agama dibagi menjadi:
Â
1). Ungkapan religius individu.
Ungkapan keyakinan pribadi seseorang yang cenderung dipengaruhi oleh pola kebudayaan tertentu. Dalam situasi permohonan atau doa kepada Tuhan, gaya berdoa seringkali tercermin dalam budaya setempat. Sebagai contoh, cara orang berdoa di daerah Madura berbeda dari cara berdoa di Jawa karena dipengaruhi oleh budaya setempat.
Â
2). Ungkapan religius kolektif.