Kisah seorang nenek berusia 70 Tahun yang mendapatkan keajaiban yaitu kembali menjadi remaja usia 20 Tahun setelah mendatangi sebuah studio foto ajaib, sehingga dapat berusaha untuk bisa mencari cara mewujudkan impiannya menjadi seorang penyanyi.
Para pecinta film Korea Selatan tentunya tidak akan asing dengan penggalan cerita film tersebut, bukan? Ya, benar sekali itu merupakan kisah dari film Miss Granny.
Miss Granny (2014) merupakan film garapan sutradara Hwang Dong Hyuk. Dengan mengajak aktris dan aktor terkenal seperti Shim Eun Kyung, Na Moon He, Park Im Hwan, Kim So Hyun dan masih banyak lagi.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa film Miss Granny banyak di remake oleh beberapa negara seperti China, Vietnam, Jepang, Thailand, Amerika Serikat dan juga termasuk Indonesia.
Munculnya berbagai adaptasi film Miss Granny dikarenakan film ini sudah cukup popular dan tentunya memiliki alur cerita yang sangat unik.
Film Miss Granny versi Indonesia diberi judul Sweet 20 (2017) yang disutradarai oleh Ody C. Harahap dengan menggandeng sederet artis dan aktor terkenal di Indonesia seperti Tatjana Shaphira, Morgan Oey, Kevin Julio, Ninik L. Karim, Slamet Rahardjo, dan masih banyak lainnya.
Film Sweet 20 Â yang berdurasi 1 jam 50 menit, yang mana berbeda dengan Miss Granny sebagai film asli yang memiliki durasi sepanjang 2 jam 4 menit. Â Film Miss Granny dan Sweet 20 memiliki garis besar cerita yang hampir sama, namun tidak 100% akan sama persis dengan versi film aslinya yaitu Miss Granny.
Tentunya, ketika ada dua film yang berbeda latar belakang, tidak dapat dipungkiri akan memunculkan beberapa perbedaan misalnya saja tentang budaya yang akan tergambarkan dalam film tersebut.
Lewat film Miss Granny dan Sweet 20 kita akan merasakan adanya perbedaan budaya. Sehingga kita dapat menggunakan teori budaya untuk menganalisis kedua film ini.
Dengan metodologi analisis teks kita dapat melihat adanya perbedaan budaya dalam film Miss Granny dan Sweet 20.
Menurut KBBI, budaya dapat diartikan sebagai pikiran atau akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sudah berkembang dan sesuatu yang sudah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk diubah.
Budaya sebenarnya merupakan nilai-nilai yang muncul melalui adanya sebuah proses interaksi antar individu yang kemudian diakui secara langsung maupun secara tidak langsung dan akan terus dikembangkan dari perjalanan waktu ke waktu.
Adanya budaya yang dapat mengartikan sebagai nilai historis tentunya memiliki karakteristik yang bisa dilihat dari adanya simbol. Simbol akan membantu dalam pembentukan makna dari sebuah konsep ekspresi komunikasi antar individu (Nasrullah, 2018, h.15).
Dengan demikian tidak lepas dari budaya, dalam film Miss Granny dan Sweet 20 menampilkan beberapa budaya yang mungkin tidak asing kita lihat.
Kita akan membahas budaya yang ada dalam film Miss Granny, yaitu mengenai adanya budaya minum ala Korea Selatan.
Budaya minum di Korea Selatan bukan hal yang asing bagi kita para pecinta film dan drama Korea, karena terkadang banyak adegan para tokoh yang melakukan budaya minum tersebut. Tentunya tak terkecuali dalam film Miss Granny.
Yang mana, ketika Ban Ji Ha ingin meminta Oh Doo Ri menjadi vocalis bandnya, mereka harus berkenalan dan berbincang bersama sambil minum soju bersama.
Namun, adegan tersebut sangat berbeda dalam film Sweet 20, yang mana adegan tersebut digantikan dengan pertemuan Mike (Tatjana Saphira) dan Juna (Kevin Julio) di caf dengan memisan minuman teh.
Sebenarnya, dalam adegan ini tidak secara langsung ditampakkan ketika Tuan Park meminum soju, namun terlihat bahwa banyaknya botol-botol soju yang berhamburan.
Dalam konteks ini, tak jarang dalam film dan drama Korea memperlihatkan adegan kesedian para tokoh dan akhirnya dilampiaskan dengan meminum soju, karena hal ini dianggap untuk melampiaskan rasa sedih dan kecewa terhadap suatu hal.
Selain perbedaan budaya minum dalam film Miss Granny yang tidak dimunculkan pada film Sweet 20, ternyata ada adegan lain yang juga tidak ditampilkan lho! Ya benar, adegan ciuman  dahi dari Han Seung Woo untuk Oh Doo Ri.
Hal ini dikarenakan budaya yang ada di Indonesia, ciuman hanya boleh dilakukan para pasangan yang sudah menikah. Jika hal tersebut dilakukan oleh pasangan yang belum menikah, dianggap melanggar sebuah norma kesopanan.
Dalam film Miss Granny diceritakan bahwa perjalanan liburan yang dilakukan adalah berenang bersama, dengan menggunakan baju renang yang ketat dan terbuka.
Hari Raya Lebaran dalam film Sweet 20 sangat ditunjukkan ketika diawal film. Yang mana para pemainnya melakukan tradisi-tradisi yang mencerminkan bahwa itu merupakan tradisi Hari Raya Lebaran.
Munculnya perbedaan seperti budaya minum, ciuman dahi dan penggunaan pakaian, membuat kita menambah wawasan mengenai adanya kebudayaan yang berbeda dari apa yang kita miliki, sehingga diharapkan munculnya rasa saling menghormati atara satu dengan yang lainnya.
Dengan adanya sentuhan berbagai adegan yang sudah disesuaikan dengan kebudayaan masing-masing negara yang mengadaptasi film Miss Granny, membuat film dari masing-masing negara tersebut merasa bahwa film itu bukanlah sekedar adaptasi saja melainkan memang film produk negara masing-masing.
Daftar Pustaka
Nasrullah, R. (2018). Komunikasi Antar Budaya : Di era Budaya Siber. Jakarta.Â
Safriyantini, S. (2020, April 9). Mengenal Hoesik, Budaya Minum ala Korea Selatan yang Penuh Etika. Retrieved Desember 11, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H