Penggunaan motion capture dalam film Beauty and The Beast dimanfaatkan supaya sosok dari monster menyerupai srigala dan beruang yang diperankan oleh Dan Stevens dapat terlihat realistis dalam melakukan berbagai adegan seperti tidur, berbicara dan mengaum. Sehingga tidak menjadi aneh ketika ditayangkan kedalam film. Dalam pengambilan adegan Dan Stevens menggunakan kostum ketat berwarna abu-abu dan diberi titik-titik dari sinar UV yang diarahkan ke wajahnya (Zahrotustianah, 2017).
Penggunaan teknologi motion capture ini tidak hanya diterapkan di industri film Hollywood saja namun ternyata film Indonesia juga mencoba menggunakan teknologi ini. Film yang menggunakan teknologi motion capture misalnya saja film yang diproduseri oleh Anggy Umbara dan juga Raffi Ahmad yakni film Rafathar.Â
Motion capture digunakan untuk menangkap setiap gerakan dari Rafathar yang menjadi tokoh utama dalam film tersebut yang kala itu masih balita dan masih tergolong sulit untuk dikendalikan ketika di depan kamera (Octafiani, 2017).
Manfaat dari adanya teknologi motion capture juga sangat membantu dalam proses perekaman gerakan-gerakan eksterm menjadi lebih realistis, akurat dan presisi didalam film, misalnya saja ketika aktor diharuskan melompat dibarengi dengan berlari ditambah menggunakan kostum yang kurang nyaman ketika digunakan dalam adegan tersebut (Kreativv.com, 2020).Â
Dengan adanya bantuan teknologi motion capture dapat membantu meralistiskan adegan-adegan yang sekiranya kurang realistis di kehidupan nyata namun menjadi nyata didalam dunia digital. Sebagai penonton kita juga merasakan kenyamanan dalam melihat film dan tidak merasa aneh terhadap adegan tertentu didalam film.Â
#filmologi02
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H