Mohon tunggu...
Mardyaning Christ
Mardyaning Christ Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Have a good day!

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Rahasia Munculnya Sosok Monster dalam Film "Beauty and The Beast"

2 September 2020   20:32 Diperbarui: 2 September 2020   20:58 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.cosmopolitan.co.id

sumber : https://idseducation.com
sumber : https://idseducation.com
Non-Optical Motion Capture System merupakan tipe penangkap gerakan yang langsung ditempelkan ke tubuh dan nantinya sudah langsung dapat terekam oleh sistem komputer yang tersambung dengan alat ini. Namun sayangnya kelemahan sistem ini adalah hanya dapat merekam pergerakan tubuh saja sedangkan ekspresi wajah tidak dapat terekam.

Penggunaan motion capture dalam film Beauty and The Beast dimanfaatkan supaya sosok dari monster menyerupai srigala dan beruang yang diperankan oleh Dan Stevens dapat terlihat realistis dalam melakukan berbagai adegan seperti tidur, berbicara dan mengaum. Sehingga tidak menjadi aneh ketika ditayangkan kedalam film. Dalam pengambilan adegan Dan Stevens menggunakan kostum ketat berwarna abu-abu dan diberi titik-titik dari sinar UV yang diarahkan ke wajahnya (Zahrotustianah, 2017).

Penggunaan teknologi motion capture ini tidak hanya diterapkan di industri film Hollywood saja namun ternyata film Indonesia juga mencoba menggunakan teknologi ini. Film yang menggunakan teknologi motion capture misalnya saja film yang diproduseri oleh Anggy Umbara dan juga Raffi Ahmad yakni film Rafathar. 

Motion capture digunakan untuk menangkap setiap gerakan dari Rafathar yang menjadi tokoh utama dalam film tersebut yang kala itu masih balita dan masih tergolong sulit untuk dikendalikan ketika di depan kamera (Octafiani, 2017).

Manfaat dari adanya teknologi motion capture juga sangat membantu dalam proses perekaman gerakan-gerakan eksterm menjadi lebih realistis, akurat dan presisi didalam film, misalnya saja ketika aktor diharuskan melompat dibarengi dengan berlari ditambah menggunakan kostum yang kurang nyaman ketika digunakan dalam adegan tersebut (Kreativv.com, 2020). 

Dengan adanya bantuan teknologi motion capture  dapat membantu meralistiskan adegan-adegan yang sekiranya kurang realistis di kehidupan nyata namun menjadi nyata didalam dunia digital. Sebagai penonton kita juga merasakan kenyamanan dalam melihat film dan tidak merasa aneh terhadap adegan tertentu didalam film. 

#filmologi02

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun