Mohon tunggu...
Christoper Ravael Budiono
Christoper Ravael Budiono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Selamat datang di profile saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Andai Pandemi Pergi, Ku Memulai Hidup yang Baru

15 Oktober 2021   14:58 Diperbarui: 15 Oktober 2021   15:20 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus Corona, merupakan dua buah kata yang menjadi hal yang paling ditakuti oleh seluruh warga dunia saat ini.

Selama ini kata "musuh" mungkin yang terdapat dalam benak kita adalah berwujud manusia. Namun semenjak kemunculan sebuah virus dari Wuhan, rasanya setiap manusia sekarang sedang berperang untuk melawan virus ini. Virus yang tadinya hanya bersarang di satu kota, kini berkembang dan bermutasi hampir di seluruh dunia.

Dengan semakin bertambahnya umur virus corona, seharusnya populasi virus Corona menjadi lebih sedikit. Namun, semuanya diluar ekspektasi kita, tanpa disangka secara diam-diam virus ini bermutasi. 

Berdasarkan newssetup.kontan.co.id ,data yang terambil sejak 30 Juni 2021, WHO mengkonfirmasi bahwa hingga kini terdapat 11 variant baru virus Corona. Variant-variant tersebut adalah Variant Alpha, Delta, Beta, Gamma, Epsilson, Zeta, Eta, Theta, Lota, Kappa, dan Lambda.

Dengan adanya pandemi seperti sekarang, banyak sekali orang yang merasa kehidupannya lebih berat dan lebih sulit dibandingkan keadaan sebelum pandemi. 

Salah satu hal yang cukup dirasakan adalah komunikasi, yaitu pandemi membuat komunikasi langsung antar manusia pelan-pelan menjadi terbatas. 

Awalnya setiap manusia bebas berkumpul dan berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja. Bebas berkomunikasi dimana saja tanpa adanya batasan waktu.

Sekarang semua telah berubah, suatu keadaan normal yang berubah menjadi normal yang baru. Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya pandemi membuat setiap orang memiliki rasa takut untuk bertemu dengan orang lain. Pandemi ini juga membuat setiap orang untuk melakukan segala aktivitas dirumah.

Banyak sekali pro dan kontra di era pandemi seperti ini, terhitung sejak satu tahun yang lalu yaitu pada 2020, banyak sekali orang yang berasumsi mengenai jangka waktu berakhirnya pandemic. 

Ada yang beropini bahwa pandemi akan berakhir hanya dalam satu tahun, namun kenyataanya pandemi sudah berumur satu tahun namun tak kunjung berakhir. 

Ada juga yang berasumsi bahwa pandemi akan berakhir pada lima tahun yang akan datang. Bukan hanya itu, masih banyak lagi asumsi-asumsi orang-orang mengenai periode pandemic ini.

Pandemi juga membuat pemerintah dari setiap negara untuk membatasi kegiatan rakyatnya dengan tujuan untuk mengurangi angka penularan Covid-19. 

Beberapa negara terhitung sejak akhir 2019, sudah memberlakukan peraturannya masing-masing seperti di Wuhan diberlakukan lockdown, dan juga di negara-negara lainnya. 

Hal yang serupa juga terjadi di Indonesia, karena Indonesia bukanlah negara yang perekonomiannya kuat seperti Amerika Serikat, Cina, dll oleh sebab itu pada awal 2020 Indonesia tidak secara total menghentikan kegiatan masyarakat. 

Indonesia memberlakukan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar sejak 4 Mei 2020. Juga pada 3 Juli 2021, Indonesia memberlakukan PPKM atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.

Kita bisa melihat bahwa segala pembatasan yang dilakukan oleh Pemerintahan Indonesia tidak sepenuhnya atau tidak secara total menghentikan kegiatan masyarakat. 

Hal yang dapat terlihat di Indonesia adalah kegiatan masyarakat hanya dibatasi secara ketat untuk beberapa tempat usaha, perkantoran, mall, dan tempat umum lainnya. 

Hal yang kita bisa lihat adalah sejak adanya pandemic, tempat-tempat Pendidikan di dunia dan bahkan khususnya di Indonesia tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara onsite. 

Sejak 14 Maret 2020, secara resmi semua sekolah dan universitas di Indonesia tidak diperboleh melakukan kegiatan tatap muka dan hanya diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara online.

Kita mengetahui bahwa dalam kondisi pembelajaran online, ada banyak sekali rintangan dan tantangan yang kita hadapi. Mulai dari lemahnya jaringan internet, kurang dapat memahami materi pembelajaran yang disebabkan oleh berbagai macam hal, timbulnya rasa kemalasan dalam belajar, dll. 

Menurut UNICEF, terhitung sejak Maret 2020 hingga Februari 2021 terdapat 938 kasus anak yang putus sekolah. UNICEF juga menyebutkan bahwa 75 persen diantaranya tidak dapat melanjutkan pendidikannya karena masalah biaya. 

Hal ini juga disebabkan karena orang tua murid memiliki kesulitan secara penghasilan dan finansial sehingga tidak sanggung untuk membayar biaya sekolah anak.

Hal ini juga seharusnya dapat segera diatasi oleh Pemerintah, karena menempuh Pendidikan sangatlah penting bagi penerus bangsa agar mencukupi mereka untuk meraih mimpinya. 

Seharusnya setiap sekolah memberikan kebijaksanaan terkait hal ini agar murid-murid bisa tetap bersekolah, seperti memberikan potongan harga khusus pada masa pandemi ini dan juga memberikan kuota gratis pada murid agar bisa tetap mengikuti kegiatan pembelajaran secara online. 

Banyak sekali upaya yang dapat dilakukan pihak sekolah agar murid bisa tetap bersekolah di masa-masa sulit seperti sekarang, bahkan di beberapa daerah karena jaringan internet cukup sulit maka orang tua murid perlu beberapa kali dalam seminggu ke sekolah untuk mengambil dan mengumpulkan tugas siswa/siswi.

Setiap orang saat ini pasti menanti -- nantikan saat dimana kita akan terbebas dari segala beban di masa pandemi ini. Kebiasaan untuk terus menggunakan masker, menjaga jarak aman dengan orang lain, dilarangnya kerumunan, dll. Hal-hal seperti itulah yang justru mungkin pada saat pandemic berakhir akan kita rindukan. 

Meskipun kebiasaan Kesehatan seharusnya tetap dilakukan selama kita hidup seperti mencuci tangan selama dua puluh detik, mencuci tangan menggunakan sabun, dll. Segala kebiasaan baik seharusnya tetap tinggal dalam diri kita dan biarlah segala hal buruk terlepas dari kita.

Selama ini pemikiran kita pasti dikuasai oleh pemikiran balas dendam dengan semua kebiasaan yang berubah di masa pandemi. Kerinduan untuk berkumpul dengan orang lain juga tentunya menjadi hal utama dalam setiap hati kita. 

Pada masa penantian seperti sekaranglah merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk merencanakan segala sesuatu yang akan kita lakukan ketika pandemi sudah selesai. 

Kita tetap perlu ingat bahwa meskipun nanti pandemic sudah selesai, kita harus tetap mempertahankan segala kebiasaan baik dan meninggalkan segala kebiasaan buruk yang kita lakukan pada masa pandemi.

Mungkin banyak sekali hal yang patut kita syukuri pada masa pandemi ini, karena ada banyak sekali orang yang menemukan kebiasaan dan hobby barunya pada masa pandemi. 

Kini waktunya untuk kita melihat kebelakang sejenak dan merefleksikan diri kita masing-masing, apakah kita selama ini sudah melakukan yang terbaik? sudah melakukan kebiasaan yang baik? sudah banyak berbuat baik?. 

Semua hal itu patut sekali untuk kita pikirkan agar ketika pandemic berakhir nanti segala hal yang kita refleksikan tidak hanya lewat begitu saja, namun kita memperbaiki segala hal yang pernah kita lakukan dengan adanya perubahan diri.

Pandemi ini dapat disebut sebagai ekstrakurikuler khusus yang dikirimkan oleh Sang Maha Esa. Karena dengan adanya pandemi membuat dan melatih kita untuk menjadi seorang pribadi yang lebih tanggung, lebih tegar, lebih siaga dan berwaspada dengan segala sesuatu. 

Semua nilai-nilai kehidupan pada masa pandemic dapat menjadi pengalaman yang paling berkesan dalam kehidupan kita. Lika-liku kehidupan pada masa pandemic ini dapat menjadi salah satu memori yang berkesan dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun