Berkecimpung di Tiktok sudah menjadi hal lumrah yang dilakukan oleh semua orang, baik oleh kalangan di usia tua maupun usia muda, secara terkhusus anak-anak dan remaja. Hampir separuh lebih waktu harian mereka habiskan dengan bermain dan berinteraksi di Tiktok.Â
Entah sekadar menikmati konten-konten orang lain, bahkan sampai merintis sebuah karir di sana, sangat banyak kegiatan yang ditawarkan oleh Tiktok sebagai sarana hiburan. Fenomena ini menimbulkan berbagai macam dampak yang beragam, dari sisi positif sampai ke sisi negatif.
APA ITU STANDAR TIKTOK?
Belakangan ini, muncul sebuah istilah yang cukup viral di platform tersebut. Orang-orang menyebutnya 'standar Tiktok'. Apa itu 'standar Tiktok'? Bermula dari banyaknya pengguna yang menyuarakan pendapat dan juga penilaian mereka tentang kehidupan manusia, seperti cara berpakaian, hal-hal yang harus dilakukan, bahkan sampai tentang pemilihan kata untuk merespon ucapan orang lain.Â
Beberapa di antaranya disetujui oleh banyak orang dan menjadi viral sebagai pilihan warga Tiktok. Jika kita tidak melakukan ini, maka kita dianggap melakukan sesuatu yang salah. Inilah yang disebut sebagai standar Tiktok, di mana pendapat warga Tiktok harus dijadikan sebagai pedoman hidup. Terdengar sedikit tidak masuk akal, tapi nyatanya banyak oknum yang merasa cemas dan takut jika tidak memenuhi standar Tiktok.
Contoh nyatanya adalah warga Tiktok berpendapat jika seorang istri tidak harus pandai memasak, mencuci, atau melakukan pekerjaan rumah lainnya. Mereka mengatakan jika seorang suami juga bisa melakukan hal serupa, mengapa hanya istri yang harus menguasainya? Hal ini menjadi salah satu standar Tiktok yang ramai dibicarakan.Â
Selain itu, ada juga standar Tiktok yang menyebutkan jika sebagai seorang pacar, pria harus membelikan kekasihnya makanan ataupun barang-barang, bukan hanya bersikap baik dan manis pada kekasihnya. Jika pria tidak melakukan ini, Ia tidak memenuhi standar pria idaman para wanita yang berdasar pada Tiktok.Â
Tidak hanya dua contoh di atas, masih banyak standar-standar yang dibuat oleh warga dari platform hiburan tersebut. Standar ini mulai diterapkan oleh para pengguna aplikasi tersebut bahkan dalam keseharian mereka. Karena inilah standar Tiktok semakin menyebar, bahkan dinormalisasikan di dalam kehidupan nyata.
KATA MEREKA, PIHAK PRO
Respon yang diberikan oleh masyarakat juga sangat amat beragam. Banyak yang setuju, terutama para pengguna dari platform itu sendiri. Mereka mengatakan bahwa standar Tiktok adalah standar yang tepat untuk mencapai kehidupan yang bahagia. Apa yang termasuk dalam standar tersebut adalah hal minimum, masuk akal, dan sama sekali tidak berlebihan.Â
Sekadar membelikan hadiah, menjanjikan gaya hidup mewah, dan menerapkan kecantikan paripurna sebagai minimal bukanlah hal yang sulit untuk diwujudkan, kata mereka. Mereka mengatakan bahwa siapapun yang menolak standar tersebut adalah orang yang tidak mau berusaha dan memberikan effort lebih kepada sesama. Jika tidak melakukan standar ini, maka mereka tidak berhak mendapatkan kebahagiaan. Itu yang dikatakan oleh pihak pro.
MENURUT MEREKA, PIHAK KONTRA
Di samping itu, banyak orang beranggapan bahwa standar ini berlebihan dan tidak masuk akal. Standar yang dibuat tidak memperbaiki kehidupan, tapi justru merusak norma masyarakat dan bahkan memicu ketidakpercayaan diri para remaja. Pasalnya, jika mereka ketahuan tidak memenuhi standar ini, para warga Tiktok tak segan untuk merundung mereka.Â
Sudah banyak korban yang mengalami cyberbullying hanya karena belum bisa memenuhi standar yang dibuat oleh para pengguna Tiktok.Â
Pada akhirnya, mau tidak mau, kaum-kaum remaja memaksakan diri mereka untuk memenuhi standar Tiktok agar bisa bersosialisasi di platform tersebut dengan nyaman. Tidak hanya itu, standar Tiktok juga sudah menimbulkan sangat banyak perceraian. Sang istri yang terpengaruh oleh standar Tiktok merasa bahwa suaminya tidak memenuhi standar yang ada. Ia mengomel, dan perdebatan di antara keduanya terjadi. Pada akhirnya, perceraian menjadi jalan yang mereka pilih.
 Selain dua masalah di atas, ada sangat banyak kasus mengerikan lainnya seperti, kriminalitas yang dilakukan oleh suami untuk memenuhi standar sang istri, seorang remaja yang bunuh diri akibat tak kuasa menerima cyberbullying akibat tidak memenuhi standar Tiktok yang beredar, dan lain sebagainya. Bisakah kalian bayangkan, hanya karena adanya standar tidak jelas ini, masalah yang mengancam bisa terjadi.
Terlepas dari benar tidaknya standar Tiktok yang beredar, kejahatan yang terjadi tidak bisa dibenarkan. Jika kalian setuju dengan standar tersebut, kalian bisa melakukannya tanpa melakukan pemaksaan dan menimbulkan masalah terhadap yang tidak setuju. Jika kalian tidak setuju, cukup hindari dan jangan melakukan standar tersebut tanpa harus melakukan kejahatan terhadap mereka yang setuju. Jangan sampai tren yang terjadi di media sosial membuat kita melakukan hal-hal yang buruk dan merugikan.
Jadi, bagaimana pendapat kalian? Apakah kalian setuju dengan standar Tiktok?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H