Mohon tunggu...
Christofer Adi
Christofer Adi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis yang tertarik di dunia jurnalistik baru-baru ini. Membiasakan diri untuk rutin menulis, karena rajin itu pangkal pandai.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

ASEAN sebagai Poros Kekuatan, BAKAMLA Jadi Kunci Utama Suksesi Kedaulatan LCS

2 April 2024   07:43 Diperbarui: 4 April 2024   17:20 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebanyak 22% responden tidak menganggap konflik sebagai ancaman dari luar. Sumber: youtube.com/isdsindonesia

Konflik LCS dapat dikategorikan konflik jangka panjang, karena setiap langkah resolusi dengan militer dapat mempercepat eskalasi konflik sehingga kondisi keamanan LCS dan wilayah negara sekitarnya tidak kondusif, sehingga perlu diselesaikan dengan melakukan soft approach berlandaskan pendekatan multidisipliner.

Kawan Indonesia dalam Konflik LCS

Dilansir dari Survei ISDS bersama Litbang Kompas terkait Konflik LCS, terdapat partisipan survei yang menginginkan keterlibatan negara-negara poros dunia. Terlihat dalam survei sebanyak 16.7% responden memilih Amerika Serikat sebagai mitra, 14.3% memilih RRT, dan 8.4% memilih Rusia. Namun mayoritas responden memilih ASEAN sebagai rekan Indonesia dalam penuntasan konflik LCS dengan persentase sebanyak 39.1% pemilih.

Survei ISDS tunjukkan responden pilih ASEAN sebagai kawan Indonesia. Sumber: youtube.com/isdsindonesia
Survei ISDS tunjukkan responden pilih ASEAN sebagai kawan Indonesia. Sumber: youtube.com/isdsindonesia

Indonesia adalah negara Gerakan Non Blok (GNB) berlandaskan politik luar negeri bebas aktif, sehingga tidak terikat dengan kekuatan dunia manapun. Hal ini menjadikan ASEAN pintu dan kunci Indonesia untuk berperan aktif dalam resolusi LCS. Forum ini dapat menjadi jembatan antar negara anggota ASEAN untuk berdialog dengan RRT. 

Memperkuat soliditas dan sentralitas di internal ASEAN menjadi salah satu strategi awal, dengan menyatukan persepsi dan kebutuhan setiap negara anggota ASEAN yang wilayah teritorialnya mencakup hingga LCS.

Soft Approach Berlandaskan Pendekatan Multidisipliner

Meski dalam survei mayoritas responden memahami konflik LCS berkaitan dengan kedaulatan wilayah, ditemukan sebanyak 22% responden menganggap tidak terdapat ancaman dari luar. Hal ini menarik karena angka tersebut menjadi persentase terbesar kedua, yang dapat merefleksikan pemahaman responden terhadap konflik LCS.

Sebanyak 22% responden tidak menganggap konflik sebagai ancaman dari luar. Sumber: youtube.com/isdsindonesia
Sebanyak 22% responden tidak menganggap konflik sebagai ancaman dari luar. Sumber: youtube.com/isdsindonesia

Tentu pemahaman mendasar masyarakat Indonesia terhadap konflik ini menjadi modal awal untuk melakukan soft approach. Sinergi antara masyarakat dan aparat negara menjadi episentrum kekuatan sipil dan membentuk pertahanan semesta. Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (BAKAMLA RI) dapat menjadi corong informasi dan inisator dalam forum resolusi LCS, baik di lingkup Indonesia maupun ASEAN.

Upaya BAKAMLA dapat menjadi lebih masif jika berkolaborasi dengan stakeholder terkait, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Lembaga yang dapat menjadi target kolaborasi dari pemerintah adalah Kemenlu, Kemenhan, dan Kemenkopolhukam dan instansi pemerintah terkait, dengan didukung TNI Angkatan Laut, serta praktisi dan akademisi bidang pertahanan dan kelautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun