Mohon tunggu...
Christin natalia
Christin natalia Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi unimed

Mahasiswi universitas negeri medan fakultas ilmu pendidikan semoga kalian senang dengan karya saya semoga bermanfaat.🙂

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wajah Pembinaan ABK di Insititusi Pendidikan dalam Pembelajaran di Masa Pandemi Covid -19

13 April 2021   20:52 Diperbarui: 13 April 2021   20:55 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

a) Keterbatasan ketersediaan sarana pendukung. Kepemilikan smartphone, keterbatasan kuota, dan sinyal yang kurang memadai karena letak geografis tempat tinggal menjadi kendala pelaksanaan pembelajaran daring.
b) Keterampilan pengajaran anak berkebutuhan khusus yang tidak dikuasai orang tua.
c) Waktu yang terbatas untuk pendampingan orang tua dalam pembelajaran anak karena mereka harus bekerja di saat anak belajar di rumah.

Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus di Masa Pandemi

pembelajaran di situasi yang tidak terkendali seperti saat ini. Dimana memahami dampak dari masa pandemi terhadap didik, orang tua, masyarakat, dan pendidik (microsystem), dan pemberian dukungan bagi orang tua dan pendidik untuk mengembangkan rancangan pembelajaran berdasar pemahaman
mengenai dampak pandemi (mesosystem), dan mengembangkan kebijakan institusi sekolah yang mendukung fleksibilitas Pembelajaran di masa pandemi ( exosystem).

Dukungan sekolah kepada pendidik dapat diberikan oleh sekolah terutama dalam hal pengembangan desain pembelajaran yang fleksibel. Tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan desain pembelajaran yang fleksibel ini, dimana daya dukung sarana prasarana pembelajaran di rumah,  kondisi
dan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus saat ini, dan program pembelajaran yang sudah ada.

pembelajaran berdasarkan daya dukung yang ada di
rumah, sekolah, maupun kondisi peserta didik sebagaimana tervisualisasi pada tabel 1 dapat dilakukan oleh melalui komunikasi dengan orang tuajwali peserta didik berkebutuhan khusus. Identifikasi keberadaan pendamping belajar dan kapan
waktu orang tua beragam karena aktivitas yang beragam dapat dijajaki, sehingga pembuatan jadwal pembelajaran dapat lebih fleksibel. Ketersediaan alat komunikasi dan dukungan kuota serta keterjangkauan internet menjadi penentu pelaksanaan pembelajaran daring, luring, maupun campuran keduanya.
Berbagai praktik fleksibilitas yang saat ini banyak ditemui antara lain: proses pembelajaran tatap muka selama seminggu sekali maupun pemberian lembar kerja mingguan oleh orang tua untuk menjadi panduan dalam pendampingan belajar di rumah. Sumber pembelajaran dapat disampaikan melalui media online maupun print out yang diambil orang tua di sekolah. Materi pembelajaran yang mengikuti modifikasi target pembelajaran sehingga pengajaran materi baru perlu mempertimbangkan kondisi dan kemampuan peserta didik berkebutuhan khusus.

Kondisi dan Kemampuan Peserta Didik Berkebutuhan
Khusus

Anak berkebutuhan khusus dapat dilayani kebutuhan akademik berdasar kemampuan mereka dalam mengakses kurikulum reguler. Bagi anak berkebutuhan khusus yang tidak mengikuti kurikulum nasional, maka fleksibilitas yang dapat menjadi pilihan antara lain modifikasi: target, proses,sumber dan media, materi, dan evaluasi pembelajaran. Berbagai fleksibilitas yang banyak dijumpai saat ini sangat beragam namun fokus utamanya adalah sesuai dengan kemampuan dan abk .Beberapa praktik yang saat ini banyak dijumpai dalam pembelajaran di era pandemi antara lain: target pembelajaran yang dispesifikkan ke aktivitas fungsional sehari-hari di rumah, pengajaran kemampuan akademik yang sudah dikuasai peserta
didik sehingga lebih fokus pada mempertahankan kemampuan tersebut supaya tidak menurun dan atau bahkan hilang.
Layanan pendidikan di era pandemi menjadi suatu momentum bagi setiap institusi pendidikan untuk tanggap terhadap segala situasi yang di luar dugaan. Setiap pendidik maupun peserta didik merasakan dampak nyata yang mempengaruhi proses belajar
mengajar. Tidak ada satu solusi yang dapat menjawab setiap permasalahan yang dihadapi oleh setiap sekolah,masing-masing. Komunikasi dan pemberian dukungan* di lingkup keluarga dan sekolah menjadi solusi dengan tetap mengedepankan keselamatan semua warga sekolah dan mengoptimalkan kesempatan belajar bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

Dalam situasi pandemi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas layanan pendidikan untuk peserta didik berkebutuhan khusus tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh sekolah dan pendidik. Berbagai kondisi disabilitas yang ada pada peserta didik
berkebutuhan khusus yang pembelajarannya beralih.dari sekolah ke rumah membawa banyak konsekuensi dari sisi desain pembelajaran. Teori Trauma-Informed Education dan teori ekologi
memberi arah dalam pengembangan inovasi yang dapat dilakukan sekolah dengan tiga langkah, yaitu: eksplorasi dampak pandemi terhadap peserta didik, orang tua dan pendidik, identifikasi kebutunan dukungan untuk orang tua dan pendidik, serta pembuatan kebijakan sekolah yang mendukung penerapan fleksibilitas pembelajaran di era pandemi. Dalam hal ini penulis menawarkan framework untuk menjadi acuan sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun