Akhirnya, aku mengajak teman-teman sekelasku untuk berdoa bersama bagi keadaan indah dan keluarganya. Teman-temanku tidak keberatan menerima ajakanku itu. Mereka justru senang dan bangga dengan ajakan seperti itu. Bahkan mereka meminta untuk berdoa rosario. Namun waktunya tidak cukup untuk itu. Waktu istirahat tinggal 10 menit lagi dan sebentar lagi guru Bahasa Inggris akan masuk kelas dan mengajar. Aku memimpin doa secara singkat saja. Aku berpikir bahwa biarpun doanya singkat, yang penting dengan sungguh-sungguh. Dalam Doa itu, aku memohon dengan rendah hati agar Tuhan sendiri yang menghibur Indah dan membatalkan rencana perceraian orang tuanya sehingga mereka kembali menjadi keluarga yang damai dan harmonis.
Rupanya Indah merasa terhibur atas doa yang baru saja kami lakukan bersama itu. Setelah berdoa, dia cukup tenang dan berhenti mencucurkan air matanya. Dia kemudian mendekatiku dan berpelukan sembari mengucapkan, "Terima kasih Fir! Atas doanya." Aku pun merasa terharu atas ucapannya itu. Dia pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang lain yang telah berusa menghibur dan mendoakannya. Kemudian, tiba-tiba aku terngiang  kepada guru SMP ku dulu mengatakan "perkawinan dalam gereja Katolik itu dipersatukan oleh Allah dan tidak boleh diceraikan oleh manusia." Aku menuturkan itu,setidaknya orangtuanya kembali bersama lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H