Elang hanya melihat tanpa mau membantu. Dia beralasan tidak ingin membuat yang dibantu besar kepala karena merasa mendapat perhatian lebih.Â
Setelah semua cewek siuman, praktikum dibubarkan. Elang mendapat hukuman membereskan mikroskop dan juga preparat karena sudah membuat keributan.Â
Dari pada menunggu di lantai tiga, lebih baik aku turun saja. Baru juga kaki menjejak di lantai satu, eh sudah dapat kejutan. Aku dikerumuni oleh berbagai cewek dari teman seangkatan sampai adik kelas, bahkan dari Akfar juga ikut berkumpul.Â
Tak kukira akan secepat ini berita tersebar. Fans Elang memang benar-benar luar binasa. Jesi ada di barisan paling depan. Harusnya aku tahu siapa yang menggalang massa ini.Â
"Putuskan Elang! Kamu nggak pantas buat dia. Iya nggak?" Jesi berteriak memberikan orasi seperti sedang demo menurunkan seorang pemimpin.Â
"Lalu yang pantas itu kamu?" tanyaku.Â
"Tentu saja," jawab Jesi dengan penuh percaya diri.Â
Terjadi keributan karena masing-masing cewek merasa kalau dirinya yang berhak menjadi pacar Elang. Terjadi aksi saling dorong karena mereka tidak setuju dengan perkataan Jesi.Â
Tanganku digenggam dengan mantap lalu terdengar bisikan yang mengatakan kalau aku harus lari secepat mungkin.Â
"Kita mau kemana? Nggak bawa motor?" Aku menoleh ke parkiran.Â
"Hari ini aku nggak bawa motor. Gimana kalau kita kencan?" Elang mengerling, membuat senyumku melebar.Â