Mohon tunggu...
Christine Gloriani
Christine Gloriani Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pembaca yang belajar menulis

Pembaca yang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pacarmu Setia? Sini Aku Godain

1 Januari 2019   10:31 Diperbarui: 1 Januari 2019   11:20 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku bilang juga apa! Kebanyakan cowok itu tidak setia. Baru digoda sedikit, eh sudah berkhianat." Sudut bibir Wening terangkat. Dia bangga dengan aksi menyelamatkan cewek dari kebohongan cowok. 

"Bukannya kamu jadi sama seperti cewek penggoda?" 

"Bedalah, mereka bertujuan merebut cowok orang. Kalau aku kan nggak," jawab Wening. 

Kepala Pipit berayun ke kiri dan ke kanan. Dia tidak habis pikir dengan tingkah laku Wening-sahabatnya. Cewek itu bahkan membuka jasa untuk mengetahui cowok itu setia atau tidak. Sembilan belas cowok yang menjadi targetnya ternyata terbukti tidak setia. 

"Gimana kalau Bangun jadi target ke dua puluh?" Mata Wening berbinar terang seperti lampu LED. 

"Bangun setia kok. Nggak perlu diuji," elak Pipit. 

"Jangan samakan Bangun dengan Panji-mantan cowokmu." 

"Ah yang bohong. Pasti kamu nggak yakin, makanya nggak berani nguji," pancing Wening. 

Umpan dimakan oleh Pipit walau masih ragu. Dia dengan sukarela mengikuti rencana Wening. Hari ini dia akan bertemu dengan Bangun di tempat makan favorit mereka. 

Sore harinya, Wening dandan gila-gilaan demi memikat Bangun. Mereka berdua belum pernah bertemu, pasti cowok itu akan terjerat pesonanya.

Gaun putih panjang dengan bagian atas yang lebar sehingga memamerkan leher jenjang Wening. Gincu semerah darah dipoles hingga penampilan Wening semakin menggoda. 

Pipit geleng-geleng ketika Wening menyempurnakan penampilannya dengan menyemprotkan parfum beraroma melati kesukaannya.

Mereka berdua sekarang sudah sampai di depan rumah makan Kampung Sawah. Suara dering ponsel Pipit terdengar. Wajah Pipit bersinar, ini dari Bangun. 

"Halo, kamu sudah di dalam? Aku juga sudah sampai di depan." 

Wening menggandeng lengan Pipit. "Aku kok jadi deg-degan ya." 

"Yang harusnya deg-degan kan aku. Kok malah kamu," ujar Pipit. 

Dari kejauhan terlihat Bangun sedang duduk menghadap kolam ikan. Tempat favorit mereka terletak di pojok, agak jauh dari gubuk yang lain. Kampung Sawah sengaja menciptakan suasana makan seperti di tengah sawah, dengan beberapa kolam dan juga taman mengelilingi gubuk kecil beratapkan daun kelapa atau jerami kering yang dipakai untuk tempat makan. 

Bangun menoleh dan melihat Pipit, melambaikan tangan dengan semangat. Namun perlahan-lahan tangannya turun. Dia bergegas turun dari gabuk dan memakai sandalnya. Setengah berlari menghampiri Pipit dan menariknya menuju pintu keluar. 

Wening yang memakai sepatu berhak lancip tertinggal di belakang karena tidak bisa berlari. Lantai Kampung Sawah terdiri dari batu dan tanah jadi hak sepatu beberapa kali tertancap antara batu dan tanah. 

"Ayo, lebih cepat," pinta Bangun. 

"Kenapa kita harus berlari. Itu temanku tertinggal." Pipit menoleh ke belakang, merasa kasihan dengan Wening yang berusaha mengejar. 

"Sudah, masuk mobil saja." Bangun membuka pintu mobil, mendorong Pipit agar segera masuk. Setelah itu dia sendiri masuk ke dalam mobil dan memacunya dengan kecepatan tinggi.

"Selama ini aku selalu meragukan simbah. Ternyata ucapannya benar. Kalau ada dua orang berdua-duaan di tempat sepi pasti orang ketiganya adalah setan. Apa kamu tidak lihat ada kuntilanak yang mengikutimu? Bibirnya merah seperti habis menghisap darah. Bajunya putih, kakinya tifak terlihat. Menyeramkan. "Bangun bergidik. 

Bibir Pipit terbuka lebar. Jadi, Wening dikira kuntilanak. Sudah dandan cantik gitu malah dikira hantu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun