"Tapi kamu bisa bujuk dia supaya nggak ikut kan," ujarku sambil mengerling.Â
"Ya jelas berhasil. Buktinya dia ganti ngrengek ke kamu biar batal berangkat."Â
Aku tertawa geli, sahabatku itu memang manja dan nggak suka kalau ditinggal di rumah sendirian. Aku duduk di kursi depan karena kursi belakang sudah penuh dengan barang-barang.Â
"Kamu sudah sarapan belum? Nih, Linda bawain bekal. Kamu yang suapin ya." Fendy menyerahkan tempat makan yang berukuran sedang padaku.Â
"Beres. Wah udang goreng tepung, kesukaanku."Â
"Kesukaanku lah, kan aku suaminya," bantah Ferdy.Â
Aku mencibir. "Hak, buka mulutnya lebih lebar," pintaku sambil mendekatkan sesendok penuh nasi dan lauk.Â
Alunan lagu milik Westlife terdengar memenuhi mobil. Kami berdua bernyanyi bersama setelah menghabiskan bekal. Rasanya seperti kembali ke masa sekolah.Â
"Rest area sebentar. Aku ngantuk sekali," pintanya sebelum mobil berbelok untuk parkir.
Aku keluar dari mobil untuk meluruskan kaki. Berjalan-jalan sebentar di sekitar mobil semoga bisa menghilangkan rasa bosan. Udara semakin menusuk tulang. Lebih baik aku masuk ke mobil dan memakai selimut. Beruntung aku menaruh selimut-selimut itu di kursi belakang jadi tidak perlu membuka bagasi.Â
Selimut sebiru langit kubentangkan ke tubuh Ferdy sedangkan aku sendiri memakai warna kuning. Ini selimut favorit kami.Â