"Gawat nih, gawat." Kinan berlari secepat mungkin menghampiri Elisa yang sedang duduk di bawah pohon talok.Â
"Gawat kenapa sih?" tanya Elisa dengan cuek karena masih asik makan talok.Â
"Itu, itu, di sana," ujar Kinan.
"Tarik napas dulu baru ngomong. Nggak jelas amat sih."Â
Kinan menarik napas beberapa kali lalu duduk di samping Elisa. Mengambil dua buah talok lalu memakannya.Â
"Ngomong dong! Malah nyolong!" Elisa menepuk bahu Kinan dengan keras.Â
Kinan menyeringai. "Itu, Sa. Aku tadi dipanggil Bu Dena. Katanya kamu disuruh pulang. Mau dijodohkan sama Lesus. Tu orangnya sudah nungguin di rumahmu."Â
"Amit-amit jabang bayi. Aku nggak mau dijodohkan sama Lesus. Dia itu perjaka tua. Bingung mau omong apaan, nggak nyambung mulu." Kepanikan tergambar jelas di wajah Elisa.Â
Kinan menutup mulut agar tawanya tidak lepas. "Memangnya kamu bukan perawan tua? Sudah tiga puluh lima tahun dan masih single saja."
"Ye, tapi aku kan masih tampak muda seperti umur belasan," bantah Elisa.Â
"Ngaku-ngaku aja. Kenapa sih nggak diterima saja. Toh umur kalian nggak beda jauh? Cuma selisih lima tahun?"Â
"Elisa!" Suara menggelegar itu punya Bu Dena. Dia berjalan cepat, wajahnya memerah karena mencoba bersabar.Â
"Ayo pulang! Sudah ditunggu sama Nak Lesus." Bu Dena menarik tangan Elisa.Â
"Bu, aku nggak mau dijodohkan dengan Lesus." Elisa mencoba melepaskan tangan Bu Dena tapi cengkeraman itu terlalu kuat.Â
"Ikut saja, Sa. Nggak baik bertengkar di jalan. Malu dilihat orang," saran Kinan.Â
"Dengarkan Kinan. Dia sudah lebih dewasa setelah punya anak. Lha kamu, makin tua kok malah jadi semakin mirip anak kecil." Bu Dena menyeret Elisa menuju rumah.Â
Elisa makin panik karena rumah bercat biru itu sudah semakin dekat. Pandu sudah menunggu di depan rumah. Kalau adiknya juga ikut menyeretnya masuk maka habislah kesempatan untuk kabur.Â
"Kok kamu di depan rumah? Nggak menemani Lesus?" tanya Bu Deni begitu mereka memasuki halaman.Â
"Mas Lesus sudah pulang, Bu. Ada kepentingan mendadak," kata Pandu.Â
Elisa mengelus-elus dada sambil menghembuskan napas lega. Kali ini dia selamat. Bu Dena melotot pada Elisa.Â
"Kalau kamu cepat pulang pasti kita bisa cepat menentukan tanggal pernikahan." Bu Dena melepaskan tangan Elisa dengan kasar lalu masuk ke dalam rumah.Â
...Â
"Edan kamu!" tegur Kinan ketika Elisa menunjukkan status Facebook yang baru saja ditulis.Â
Dicari Suami!Â
Kriteria umur 35-40 th
Mapan, punya rumah sendiri
Punya pekerjaan tetap
Siap nikah
Hubungi wa 08564973246
Elisa tersenyum bangga. "Ideku cerdas bukan? Ini sudah kukirim kebanyak grup. Tinggal nunggu saja."
"Kamu memang edan. Gimana kalau dapat pesan dari orang nggak bener?"Â
"Nggak bakal, tenang saja." Elisa masih senyum-senyum.Â
Tak berapa lama, ponselnya terdengar ribut karena beberapa notifikasi yang masuk. Mulut Elisa terbuka lebar ketika membaca pesan yang masuk. "Edan! Benar katamu tadi, ini edan."Â
Kinan meraih ponsel Elisa dan ikut membaca pesan yang masuk. Namun reaksinya berbeda dengan Elisa. Kinan tampak memegang perut dan pipi secara bergantian karena efek tertawa berlebihan.Â
"Aku bilang juga apa?" sindir Elisa.Â
Elisa masih menatap layar ponselnya. Pesannya dibanjiri oleh ibu-ibu yang meminta Elisa untuk mengambil suaminya karena sudah capek berumah tangga dengan sang suami. Apa segitu mengerikannya pernikahan. Beberapa pesan lainnya malah berisi ajakan untuk kencan lebih intim.Â
"Permisi!" Suara ngebas yang keluar dari mulut cowok gagah dan tampan itu berhasil mengalihkan perhatian Elisa dan Kinan.Â
"Mau cari siapa ya, Mas?"Â
"Bu Dena ada di rumah?"Â
"Eh, Nak Lesus. Masuk dulu. Maaf kemarin Elisa keasikan ngibrol sama Kinan jadi terlambat pulang." Bu Deni tergopoh-gopoh menyambut kedatangan Lesus.Â
"Ini yang kemarin mau dikenalkan? Bukan Lesus yang rumahnya ujung jalan?" bisik Elisa dengan keraguan pada Bu Dena.Â
"Makanya jangan ngilang terus. Dikasih cowok cakep kok nggak mau," balas Bu Dena dengan bisikan lirih agar tidak terdengar oleh sang tamu.Â
"Kenalkan, ini anak saya. Elisa!"Â
"Elisa," ujar Elisa dengan senyum malu-malu.Â
"Kalau tahu secakep ini, Elisa nggak bakal kabur."Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H