Mohon tunggu...
Christine
Christine Mohon Tunggu... Guru - Hanya orang biasa...

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Angka 3 Kok Mirip Burung?

5 Desember 2020   06:51 Diperbarui: 5 Desember 2020   06:53 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nah, ini baru benar!/olah pribadi

Ibu mengulang lagi pelajarannya…Aku mendengarkan saja tapi tetap tidak mengerti. Ibu semakin bingung…Ayah mencoba membantu, katanya perut angka 3 itu ada dua di sebelah kanan. Wah, aku semakin bingung. Setahu aku perut itu yang bisa merasakan lapar, apakah angka tiga bisa lapar juga? Kanan dan kiri saja aku belum terlalu mengerti.

Selama beberapa hari Ibu tampak berpikir. 

Aku tahu Ibu tidak menyerah mengajariku. Aku yakin Ibu akan menemukan cara yang paling cocok untuk aku belajar. Ibu kan yang paling mengenal aku. Aku ingat Ibu pernah bercerita kalau cara berpikirku berbeda dengan anak lain. Suatu saat aku mengerjakan aktifitas permainan Singa yang hendak pulang ke rumahnya dan aku harus mencari jalan yang tepat untuk sampai ke rumah. Wow, aku senang sekali dengan aktifitas ini. 

Aku bayangkan Singanya seperti aku yang suka jalan-jalan. Lalu Ibu bertanya, “ Apakah  Ade tidak mengerti permainannya seperti apa, kok jadi benang kusut?” Benang kusut?? Aku menjawab dengan polos ,”Mengerti kok, singanya mau pulang rumah kan? Tapi sebelum pulang rumah, singanya mau jalan-jalan dulu. Ini ujung benang kusutnya ada di rumah Singa.” Ibu tidak marah setelah aku menjelaskan, bagi Ibu tidak apa-apa kalau Singa mau jalan-jalan dulu, yang penting Singa selamat sampai di rumah.

Balik lagi ke angka, tampaknya Ibu sedang berusaha mengerti jalan pikiranku sama seperti ketika aku mencarikan jalan pulang untuk Singa. Ibu bertanya,” Mengapa Ade tidak mengerti angka 3 itu yang seperti burung?” Aku jawab,”Tiga itu kan angka, burung itu kan hewan yang bisa terbang, mengapa dibilang mirip?” Ibu mengangguk setuju, “Betul juga ya, mengapa tiga mirip dengan burung?” Lalu Ibu mengambil kertas dan mulai menggambar. Padahal Ibu tidak bisa menggambar. Ibu menunjukkan kemiripan angka 2 dan bebek. Ohh, kalau digambar seperti ini, aku jadi mengerti. 

Lanjut ke angka 3, Ibu mengajak berdiskusi, “Kalau angka 3 itu tidak mirip burung, lalu mirip apa ya?” Menurutku mirip kelopak bunga. Lalu Ibu menggambar boneka pandaku di atas angka 4. Ibu juga membuatkan lagu untuk setiap angka. “ Charlie sits on the chair…” (Sol sol mi la sol mi). Charlie adalah nama bonekaku. Wow menyenangkan sekali belajar sambil menyanyi, aku kan hobi menyanyi. Aku menjadi mengerti mengapa selama ini Ibu bilang angka 4 mirip dengan kursi.  Angka 5 menurutku malah mirip dengan burung. Ibu mengikuti saja. Angka 6 seperti kacamata. Angka 7 menjadi es krim, angka 8 orang-orangan salju dan angka 9 seluncuran.

Nah, ini baru benar!/olah pribadi
Nah, ini baru benar!/olah pribadi

Dannn….tidak butuh waktu lama, langsung aku hafal angka-angka itu. Senangnya hatiku, Ibu juga pasti senang dan rasanya Ibu pasti tidak menyesal meninggalkan pekerjaan penuh waktunya untuk mengurus aku dan Kakak.

Tahun-tahun berlalu, sekarang Kakak sudah berumur 11 dan aku 8 tahun. 

Aku ingat pengalamanku mengenal angka karena Ibu mencatatnya dalam  buku harian yang berjudul Cicit Cuit Anak-Anak. Buku ini bukan hanya berisi tentang pertumbuhan kami, namun juga komentar-komentar lucu kami. Setelah besar, kalau kami membaca buku harian ini, biasanya kami protes,” Masa aku gitu sih…bohong ahhh.” Masa aku lucu begitu sih..

Sampai sekarang, kalau aku menemui kesulitan dalam pelajaran, biasanya Ibu sesuaikan metodenya dengan gaya belajar aku. Seperti soal cerita matematika, Ibu modifikasi sesuai kehidupan sehari-hari, contohnya:

Ibu mempunyai 6 kue bolu. Masing-masing anak mendapatkan kue bolu yang sama banyaknya. Tetapi Kakak iseng mengambil 1 kue bolu Ade. Ade menangis, lalu Ibu memberikan 1 kue bolu lagi untuk Ade because I love you so much. Berapa kue bolu Ade sekarang? Apakah Ade masih menangis?

Kadang aku tertawa sendiri membaca soal ceritanya. Kakak memang suka usil. Dan aku juga tambahkan di jawabannya, I love you too dan Ade sudah tidak menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun