Siapa disini yang hobi makan jamur? Sebut saja jamur tiram, jamur kancing, jamur enoki, dan jamur shiitake. Jamur-jamur ini merupakan jenis jamur yang umum ditemukan di Indonesia dan banyak diolah menjadi berbagai macam hidangan menggugah selera, baik ditumis maupun dijadikan bahan pangan pelengkap, seperti dalam hidangan capcay dan bakmi ayam.Â
Bahkan, tak jarang juga jamur dimanfaatkan sebagai bahan pangan pengganti daging. Masakan yang melibatkan jamur memang ga pernah salah.. hehe setuju ga nih teman-teman?
Pada kesempatan kali ini, aku akan membahas salah satu jamur yang banyak ditemukan di wilayah Asia timur, yakni jamur shimeji atau beech mushroom. Jamur dengan nama latin Hypsizygus tesselatus ini berasal dari famili Tricholomataceae dan tergolong ke dalam edible mushroom.Â
Jamur shimeji memiliki karakteristik jamur berwarna putih atau cokelat muda, berukuran kecil, memiliki bentuk menyerupai payung, bertekstur renyah, dan memiliki flavor manis. Jamur ini dulu dikenal sebagai Hypsizygus marmoreus.Â
Dalam jamur ini terkandung berbagai senyawa komponen bioaktif yang beragam, seperti polisakarida, l-ergothioneine, sterols, dan ergosterol (Monira et al. 2012). Jamur shimeji banyak ditemukan di wilayah Asia Timur, seperti Cina, Jepang, Korea, dan wilayah Utara sebagai bahan pangan yang diolah menjadi berbagai macam hidangan.
Selain untuk dikonsumsi, jamur ini dikenal sebagai sumber obat yang memiliki karakteristik nutrisi, organoleptik dan farmakologis yang berlimpah, lho!
Jamur shimeji merupakan salah satu jamur pangan yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional, karena tidak hanya pemenuhan gizi dan nutrisi, tetapi konsumsi dari jamur shimeji mampu memberikan manfaat kesehatan yang baik bagi tubuh.
Jamur ini memiliki kandungan protein dan serat yang tinggi, serta cenderung memiliki kandungan lemak yang sedikit.. Selain itu, jamur shimeji mengandung mineral yang tinggi, seperti potasium (1574.7 mg/100 g), fosfor (568.3 mg/100 g), magnesium (43.77/100 g), zink (5 mg/ 100 g), dan tembaga.
Diluar itu, jamur ini mengandung vitamin, seperti riboflavin (B2), biotin, niacin (B3), dan ergosterol-provitamin D2. Niacin sendiri efektif untuk mengatasi permasalahan insomnia, kesehatan mental, serta mengatur sirkulasi darah, sedangkan vitamin B baik untuk proses metabolisme tubuh, dan vitamin D efektif dalam mencegah terjadinya osteoporosis sekaligus anti-aging (Monira et al. 2012). Â Hal itu membuat jamur ini efektif untuk dijadikan pangan fungsional, terutama bagi orang-orang dengan penderita NDC (Non-Communicable Disease).
Eits, ga sampai disitu aja, lho. Perlu kalian ketahui juga nih bahwa jamur shimeji memiliki aktivitas biologis yang sangat beragam, salah satunya sebagai anti-tumor Jamur shimeji terbukti mampu menahan pertumbuhan sel tumor carcinoma pada tikus yang diberi jamur segar sebanyak 1 g/kg bb per hari. Pada penelitian lainnya juga terbukti bahwa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan jamur shimeji mampu melawan sarcoma 180 (Lomberh et al. 2000).
Sifat ini diperoleh karena adanya senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan pada bagian dinding sel jamur yang bernama -glucan dan polyisoprene-polyols (Lomberh et al. 2000). -glucan sendiri merupakan polisakarida yang strukturnya terdiri atas ikatan -(1,3) sebagai rantai lurus dan -(1,6) sebagai rantai cabang. -(1-3)-D-glucan yang diisolasi dari jamur terbukti memiliki aktivitas antitumor yang tinggi. Senyawa -glucan hanya dapat diperoleh dari sumber pangan, hal ini karena manusia tidak mampu melakukan sintesis -glucan secara alami. -glucan yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali oleh sistem imun sehingga menghasilkan respon imun.
Glukan merupakan senyawa yang efektif dalam mengontrol kadar kolestrol, sembelit, penurunan berat badan, dan imunitas (Monira et al. 2012). Tapi, bagaimana mekanismenya? Glukan akan dikenali oleh berbagai reseptor pada membran sel, seperti makrofag, monosit, sel dendritik, dan sel NK. Pengikatan yang terjadi mengaktifkan reseptor dan juga pathway dalam sel. Glukan memiliki efek pleiotropik yang baik, terutama dalam produksi sitokin dan memberikan respon antibodi (Vetvicka et al. 2019).
Selain itu, jamur ini juga memiliki potensi sebagai anti-proliferasi, lho teman-teman. Jamur shimeji mampu menahan terjadinya siklus pembelahan sel dengan menyebabkan apoptosis atau kematian sel pada sel HepG2 yang merupakan sel kanker hati pada manusia (Qu et al. 2020). Pada penelitian lainnya juga terbukti bahwa ekstrak dari jamur mampu menghambat proliferasi dari sel leukemik U937 (Rogers 2012).
Diluar itu, jamur shimeji juga mengandung antioksidan yang mampu menurunkan asam tiobarbiturat yang merupakan zat reaktif. Hal ini terbukti terdapat peningkatan aktivitas antioksidan pada tikus pembawa tumor (Lomberh et al. 2000). Wah, banyak banget ya manfaatnya.
Untuk produk komersial, jamur shimeji sudah mulai dipasarkan dalam berbagai bentuk dan inovasi, salah satunya  merupakan "Beech Mushroom Crisps: Shimeji" dari Shirakiku. Produk ini merupakan inovasi camilan sehat, yakni jamur shimeji yang berbentuk keripik. Produk ini dibuat dengan cara di-deep fry menggunakan teknik vacuum frying dengan temperature rendah. Teknik ini bertujuan untuk mempertahankan nutrisi dan juga warna dari jamur. Jadi, teman-teman jangan khawatir, ya.
Nah, bagaimana menurut kalian? Kira-kira teman-teman semua tertarik untuk konsumsi jamur shimeji ga nih? Ternyata, selain rasanya yang lezat, jamur shimeji juga mengandung banyak vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif yang mampu mendukung aktivitas biologis manusia, dan tentunya memberikan efek kesehatan yang baik untuk manusia.
Daftar Pustaka
Chauhan G, Prasad S, Rathore H, Sharma S. 2017. Nutritional profiling and value addition of products from Hypsizygus tessellatus. Food biology. 6:1-6.
Lomberh M, Buchalo A, Solomko E. 2000. Investigations of mycelium growth and fruit body development of different strains of the beech mushroom shimeji (Hypsizygus marmoreus Bul.: Fries) Singer. Science and Cultivation of Edible Fungi. 2: 763-770.
Monira S, Haque S, Muhit A, Sarker NC, Alam AHMK, Rahman AA, Khondkar P. 2012. Antimicrobial, antioxidant, and cytotoxic properties of Hypsizygus tessulatus cultivated in Bangladesh. Journal of Medicinal Plant. 6(4): 300-308.
Rogers R. 2012. The fungal pharmaxy: the complete guide to medicinal mushrooms & lichens of North America. California (US): North Atlantic Books.
Vetvicka V, Vannucci L, Sima P, Richter J. 2019. Beta glucan: supplemet or drug? From laboratory to clinical trials. Molecules. 24(7): 1251.
Xu Q, Wang h, Li T, Chen L, Zheng B, Liu RH. 2020. Comparison of phenolics, antioxidant, and antiproliferative activities of two Hypsizygus marmoreus varieties. Journal of Food Science. 85(7): 2227-2235.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H