Tepi senja, langit memudar ke oranye,
Cerminan hati yang pilu, bercahaya.
Di sini, aku berdiri sendirian,
Menghadap kehampaan, merenungi kenangan.
Senja merayap perlahan,
Seperti waktu yang tergelincir tanpa henti.
Baca juga: [Puisi] Perjalanan Senja di Probolinggo
Dalam keheningan, aku mencari jawaban,
Pada langit yang tak pernah bicara.
Pilu mengalir dalam detik-detik terakhir,
Seperti air mata yang tak terlihat oleh matahari.
Namun di antara bayang-bayang senja yang lembut,
Ada harapan yang masih bersemayam di hatiku.
Baca juga: [Puisi] Pelukis Senja
Ketika matahari terbenam, malam datang,
Aku tahu, esok akan membawa kisah yang berbeda.
Pada tepi senja yang pilu ini,
Aku bersiap-siap untuk menghadapi perjalanan baru.
Baca juga: [Puisi] Kisah Senja Eterna
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!