Tidak salah jika mba Cisca tidak merekomendasikan aku untuk mengambil makan pagi, karena memang lebih enak jajan di caf atau membeli snack2 atau sarapan di minimart nya .....
Banyak juga turis2 yang menyewa sepeda untuk menjelajah Breda, sementara warga Brda sendiri termasuk mba Cisca, selalu mengendarai sepeda kemanapun dia pergi termasuk ke kantornya, yang berjarak tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Hotel ini hanya 4 lantai dengan lorong2 hotel ngepas dengan lebar kursi rodaku. Maklum, hotel modern tetapi desain tahun 1970-an yang belum terlalu peduli dengan inklusi. (atau sudah?). Ada resto dan caf kecil, yang jika aku pulang malam, aku melihat turis2 lansia duduk2 di sana dengan minum serta snack2 dengan teman2nya. Dan di bar, banyak juga turis2 lokal yang duduk2 sambil minum serta berkengkerama dengan teman2nya juga.
Jika untukku, hotel adalah hanya untuk tempat istirahat. Mandi, tempat dan simpan barang atau sekedar kongkow sejenak sebelum aku keluar lagi. Tidak pernah aku menikmati hotelku dimanapun, sehingga jika aku memilih hotel selalu memilih hotel termurah asal tetap akses untuk kursi roda.
Harga di Hotel Leonardo tidak lah mahal, sekitar 1jt Rupiah saja per-malam, harga hotel standard tanpa makan pagi. Jika aku ingin mengambil makan pagi, harganya tambah 350 ribu Rupiah! Mendingan aku membeli makan di cafe2 yang tersebar di sekitaran hotel atau membeli makanan di minimart dan kumakan pagi di kamarku, sebelum aku mengeksplore Breda.
                               Kehidupan kota kecil Breda di sdekitar Hotel Leonardo dan Stasiun Breda .....
Â
                                 Aku di depan Stasiun Kereta Breda, bersebelahan denagn Hotel LeonardoÂ
Seperti yang aku tuliskan sebelumnya, Breda memang hanya sebuah kota kecil di perbatasan antara Belanda dan Belgia, dengan suasana kota mungil nan cantik. Bangunan2 tua Belanda bertebaran di sekitar hotel, dengan pedestrian lear dengan banyak pengendara sepeda.
Ya, Belanda memang sangat terkenal sebagai "kota sepeda", Dimana hampir semua orang baik tua maupun muda, baik pekerja sampai direkturnya, sebagian besar dari mereka berseprda. Mereka datang dari distrik2 jauh dari Breda dan bekerja di Breda dengan berkendara sepeda yang naik kereta. Dan, mereka keluar dari Stasiun Breda, seperti "lalat2" menyerbu koa Breda di hari2 kerja.