By Christie Damayanti
            Transit di Dubai Airport selama 6 jam tengsh malam, perjalanan dari Jakarta ke Amsterdam selama 17 jam terbang .....
Â
Lebay, kah judulnya?
TIDAK!
Karena, jika tidak ada "Malaikat Pelindung" yang Tuhan kirimkan kepadaku, sungguh saat itu aku akan bergumul masalah2 yang akan membuat aku stress, pertama sebelum memulai perjalananku di Eropa .....
***
Sejak awal aku hobi traveling, aku lebih memilih penerbangan dirct atau langsung, dibanding dengan transit. Jika memang harus transit, ya apa boleh buat. Karena, transit membutuhkan effort yang lebih besar, untukku apalagi setelangan serangan stroke.
Pertama,
Ada 2 boarding pass, dimana seringkali boarding pass itu terselip2 di tas, sehinggga ngubek2 tas itu tidak mudah, apalagi setelah aku hanya memakai tangan kiri saja.
Kedua,
Setelah stroke, akan bermasalah dengan mobilitasku. Seperti saat kemarin transit di Dubai 5 jam dan kursi rodaku ga bisa keluar dari bagasi! Bayangkan donk, mau pipis atau mau beli minum, harus minta tolong dorong kursi roda bandara yang bukan elektrik. Dan dengan hanya 1 tangan, jika aku mencoba mengayuh sendiri, akan berputar2 saja tanpa melaju, hihihi .....
Ketiga,
Tidak buang2 waktu dan cepat sampai juga tidak buang2 uang, karena jika transit, pastilah ada beli2 dan jajan2 makanan yang sebenarnya tidak perlu. "Lapar mata", makanan dan souvenir!
Naahhh .....
Tetapi karena perjalanan jauh dari Indonesia ke Eropa lebih dari 17 jam terbang, peswat pun membutuhkan istirahat dan bensin. Jadi, pasti transit di negara Dimana kita memakai maskapai apa. Karena aku memakai maskapai Emirates, maka pesawatku transit di Budai, Abu Dhabi selama 6 jam di tengah malam!,
Ketika dari transit di Dubai dan aku sudah di dorong oleh petugas bandara menuju pesawat, seperti biasa si petugas itu yang membawakan passpor dan boarding pass ku, supaya dia bisa cepat sampai pesawat ketika harus pemeriksaan di beberapa titik.
Setelah di titik terakhir, si petugas kembalikan passporku dan langsung aku masukkan ke dalam tas. Tinggal boarding pass ku yang dia pegang, yang biasanya akan dikembalikan setelah sampai pesawat, karena crew pesawat pasti menanyakan tempat dudukku sambil membantuku untuk masuk pesawat.
Dan jangan lupa, disabilitas dan prioritas (lansia) dan anak2 selalu masuk pertama sampai kita nyaman di pesawat dan penumpang lainnya baru diijinkan masuk ke pesawat.
***
Kembali ke pesawat setelah transit sekitar 6 jam di Dubai Airport,
Setelah aku nyaman duduk di pesawat, barulah penumpang lain masuk, dan itu sering chaos, apalagi semalam banyak anak2 menangis, karena mungkin sekitar jam 4.30 pagi, mereka dibangunkan atau terbangun untuk naik pesawat .....
Sambil aku pencet2 fasilitas entertainment pesawat, cari movie atau musik, aku tersadar bahwa boarding pass ku belum dikembalikan oleh petugas bandara! Karena boarding pass ku dari Dubai ke Amsterdam, terdapat tanda terima dengan code bagasiku. Koper 25 kg dan kursi rodaku!
Mulai paniklah aku!
Mengapa panik?Â
Karena kemungkinan besar aku tidak bisa membuktikan tentang kepemilikan barang2 itu! Apalagi, memang aku tidak kasih nama barang2 ku, karena lupa dan chaos, seminggu sebelum terbang ini! Apalagi, di negara yang sangat disiplin dan tidak ada yang bisa menolongku, jika itu terjadi!
Aku langsung minta tolong kepada crew pesawat dan dijawab dengan santai, bahwa nanti aku tetap bisa mendapatkan barang2 ku. Bukan itu masalahnya, mungkin memang bisa aku mendapatkan barang2 ku kembali. Karena, aku mengenali barang2ku, kan ....
Masalahnya adalah, ketika aku keluar dari bandara, aku tidak bisa membuktikan kepemilikan barang2 ku!Â
Ya, sudah! Mau diapakan lagi, karena crew sedang sibuk membantu banyak penumpang, dan si petugas bandara anak muda dari Uganda, pasti sudah entah dimana.
Catatan :
Aku sempat ongbrol dengan anak muda Uganda itu, namanya Fiu, dan dia bertanya,Â
"Anda seorang Kristen, kan? Karena nama anda Christie", dan akhirnya kami mengombrol selama perjalanan ke pesawat ku.
Aku mulai tenang, dan berdoa semoga tidak terjadi apa yang aku pikirkan. Pesawat terbang dengan nyaman,prnumpang Hampir semua tidur, termasuk aku.
Suatu saat aku terbangun karena mau pipis. Dengan susah payah tanpa mengganggu crew yang istirahat, aku menuju toilet yang kosong. Tidak lama aku kembali ke tempat dudukku, dan mengambil selimut ku, yang kuletakkan ketika aku keluar dari trmpat duduk ku.
Tiba2 .....Â
Astagaaaa !!!
Lho, koq boarding pass ku ada disana, berlipat dengan selimut yang aku pakai! Itu tidak mungkin, marena selimut itu awalnya dibungkus oleh plastik. Dan kubuka ketika aku mulai merasa dingin!
Tapi, koq boarding pass ku di lipatan selimut, yang masih terbungkus plastic???Â
Aku bersorak dalam hati,
Thx GOD!!!
Benar2 tidak bisa dipercaya! Disekitarku, tidak ada yang terbangun, crew pesawatpun tidak ada yang berjalan2. Semua tidur, dan hanya aku yang bangun ......
Malaikat Tuhan itu sedang ada di sisiku, atau itu Tuhan Yesus ku, yang langsung menemuniku?Â
Aku tidak tahu, dan aku tidak mau cari tahu! Karena, aku sangat percaya, Tuhan Yesus ku sekarang ini, di pesawat ini, benar2 ada di sisi ku .....
Terima kasih Tuhan Yesusku .....
Aku tidak takut apapun, walau petualanganku saat ini traveling di Eropa ini, pasti akan mendapatkan banyak rintangan dan masalah. Tetapi, sungguh aku sama sekali tidak takut, karena Tuhan Yesus ku sedang memelukku di pesawat ini dan aku nyaman dengan pelukan NYA
Catatan lagi :
Aku pernah mengalami ketika aku kehilangan boarding pass ku, sementara boarding pass itu selalu ditempeli bukti barang2 yang masuk ke bagasi. Minimal, 1 bukti ter-print adalah kopor besar 23 kg atau 25 kg. Untukku, pasti ada 1 bukti ter-print lagi adalah kursi roda.
Waktu itu aku belum menggunakan kursi roda, jadi hanya 2 kopor besar berwarna hitam. Bentuknya standard dan seingatku memang tidak ada tanda2 khusus dan tidak ada nama.
Ketika aku tidak menemukan boarding passku, dan semua barang2 dari pesawat sudah keluar semua, aku benar2 "kehilangan" 2 kopor besarku! Waktu itu, aku berangkat dari Airport JFK Kennedy, New York ke Hearthow, London dalam rangka tugas kerjaan.
Ada beberapa kopor besar hitam yang sungguh aku benar2 tidak tahu apakah kopor besar yang tertinggal milikku atau bukan! Ada 2 koporku, dan disana saat itu ada6 kopor hitam yang hampir sama!
Aku bingung karena tidak ada bukti 2 kopor besar itu adalah milikku, jadi menurut petugas bandara, aku harus menunggu pemilik yang lain untuk memastikan kopor2 besar itu milik mereka! Jadilah, aku harus menunggu kebih dari 1 jam sebelum aku yakin itu adalah kopor besarku!
Ditambah lagi, petugas bandara pun harus memastikan kopor itu adalah milikki dengan membuka kuncinya! Memakan waktu cukup lama dan masalah dokumen itu sangat ribet!
Setelah itu,
Aku selalu membeli kopor besar dengan warna2 cerah sehingga aku tahu dan yakin bahwa itu adalah kopor2 besarku, hahahaha .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H