By Christie Damayanti
Minggu ini, selama 5 hari aku berada di Bali untuk memenuhi undangan Yayasan Amaranee untuk penyintas stroke Bali.
Berangkat hari Senin 28 Oktober 2024 dan pulang hari Sabtu 2 November 2024, karena hari Selasa 29 Oktober 2024 adalah Hari Stroke Dunia, dimana aku juga merayakan sebagai seorang pasca stroke lumpuh tubuh kanan sejak tahun 2010 di San Francisco Amerika Serikat.
Maskapaiku pertama kali dengan Trans Nusa, dimana sejak beberapa hari sebelum keberangkatan sudah mengirim email karena delay selama 4 jam! Yang seharusnya terbang jam 6.40 pagi menjadi jam 10.30!
Kemarahan itu bisa kuredam karena rencana pagi sudah tiba di Bali untuk mempersiapkan acara tanggal 29 Oktober, terpaksa tertunda sampai jam 12.30 siang nya!
Aku marah-marah hanya bisa di rumah setelah membaca email itu, tetapi sudah mereda ketika hari "H" di bandara.
Ini KESALAHAN PERTAMA Trans Nusa dengan delay selama 5 jam dan merugikanku dan yang mengundang karena mundurnya waktu yang tidak bisa digantikan dengan apapun!
Aku sudah bertekad tidak akan memakai Trans Nusa lagi karena "waktu..!"
Aku datang ke bandara Terminal 3 di counter Trans Nusa. Diterima oleh petugas Trans Nusa dan dengan KETIDAK-PEDULIAN-nya, menggiringku dengan kursi rodaku, masuk ke antrian counter!
Ketika aku katakan tentang "lajur prioritas" untuk kursi roda, si petugas 2 orang itu ngotot bahwa aku harus tetap antri. Urusan kursi roda akan menjadi ribet dan crusial jika aku harus antri, karena lama dan akan membuat antrian lebih panjang, dan kedua petugas itu tidak peduli!
Untung, aku dibantu oleh mas Erri dan dia memintaku masuk ke depan, bukan mengantri setelah dia berbicara kepada petugas counter.
KESALAHAN KEDUA Trans Nusa, dengan tidak mengertinya (tidak ada traning tentang informasi PRIORITAS???) dan TIDAK PEDULI nya bagi penyandang disabilitas!
Oklah!
Aku check-in yang dibantu dengan ramah. Kursi roda di wrap, di level pesawat dan mas Erri membawa sendiri ke counter "bagasi besar". Aku pastikan lagi kepada mas Erri, apakah BENAR-BENAR sudah diterima oleh "bagasi besar?" Dan dipastikan, sudah!
Kami menunggu petugas bandara untuk mengantarku ke pesawat dengan kursi roda bandara setelah sekitar 30 menit kemudian. Semua berjalan dengan lancar. Bahkan, di pesawat sebelum berangkat, ada seseorang dari Trans Nusa datang kepadaku dan bertanya, "Ibu bawa kursi roda?"
"Ya, aku bawa kursi roda elektrik dan baterai nya ini, kubawa ke cabin," jawabku.
"Kursi rodanya sudah masuk ke pesawat, kan?" tanyaku.
"Ya, Bu. Sudah di dalam bagasi", jawab petugas itu.
Dan, aku lega karena pernah kejadian, kursi rodaku di tinggal di Tashkent Internasional Airport, ketika aku pulang ke Jakarta, Maret 2024 lalu! Sungguh, sebenarnya aku sangat trauma karena kursi roda itu adalah "kaki" ku! Tanpa itu, aku tidak bisa "bergerak!"
***
Selama penerbangan ke Bali, aku tidur. Cukup nyenyak, karena memang aku cukup lelah beberapa hari ini pekerjaanku cukup membuat aku kecapekan.
Kami mendarat di Bandara Ngurah Rai tepat waktu dan aku dibantu dengan kursi roda bandara untuk mengambil kursi rodaku sendiri dan koperku.
Tetapi yang ada adalah, KURSI RODAKU MASIH TERTINGGAL DI JAKARTA!!!
Betapa marahnya aku! Kasus tertinggalnya kursi rodaku di Tashkent, terulang lagi! Trauma ku membubung! Aku benar-benar marah sampai aku memakai mereka ketika mereka sama sekali tidak memberiku akses bertemu dengan atasan mereka yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku!
Aku dibawa ke counter "lost & found" untuk menanyakan posisi dan kondisi tentang kursi rodaku, dan ternyata benar-benar kursi rodaku tertinggal (atau ditinggal???) di bandara Cengkareng Terminal 3!!!
Aku benar-benar meluapkan amarahku sampai aku takut tidak bisa mengontrol emosiku yang bisa mengakibatkan tensi akan melonjak tinggi dengan drastis!
Ditambah, petugas "lost & found" tidak benar-benar serius menanggapi kasusku! Dia tidak mau mengerti bahwa sebuah kursi roda bagi cacat kaki, adalah pengganti kakinya! Dan dia hanya sekedar mencatat tanpa memberikan solusinya! Bagaimana tentang kursi rodaku!!!
Dengan amarahku yang luar biasa, petugas itu sama sekali tidak memberikan akses untuk aku bertemu dengan atasannya, managernya, bahkan direkturnya, untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaanku dan untuk memberi solusi untukku!!! Petugas itu tetap diam saja sambil mencatat-catat entah apa yang dicatat!!!
Akhirnya, aku telpon mas Erri dan dia mau bicara dengan si petugas itu. Aku menganggap mas Erri adalah pembelaku. Lawyerku. Karena dia selalu membantuku sejauh ini. Mas Erri berbicara dengan si petugas itu panjang lebar dan sepinya si petugas "ketakutan" dan setelah itu seorang yang pasti adalah atasan si petugas, datang kepadaku....
Namanya pak Adi.
Dia meminta maaf atas semuanya dan dengan sabar dia mendengarkan kemarahanku yang memuncak. Akhirnya, aku diam setelah dia terus meminta maaf dan berjanji akan mengantarkan kursi rodaku ke tempat aku tinggal di Bali.
Penerbangan selanjutnya Trans Nusa dari Jakarta ke Bali adalah jam 4 sore dan sampai di Ngurah Rai jam 6.30 sore ini dan dijanjikan segera langsung diantar ke Yayasan Amaranee di Tabanan.
Amarahku mereda. Aku menerima bahwa memang mereka tidak salah. Yang salah adalah Trans Nusa Jakarta dan (mungkin) Terminal 3 Soetta. Ngurah Rai tidak salah, tetapi petugas "lost & found" yang membuat amarahku memuncak karena sama sekali tidak punya solusi dan bahkan menghalangiku untuk berkomunikasi dengan atasan pengambil keputusan! Itu yang membuatku marah besar (sekali)!!!!
KESALAHAN KETIGA adalah yang paling berat! Meninggalkan kursi rodaku di Jakarta TANPA ALASAN! Dan mereka pun sudah konfirmasi kepadaku di pesawat sebelum berangkat, bahwa kursi roda sudah masuk ke dalam pesawat!
Sudah di-wrap dan sudah diberikan kembaran-lbaran check-in. Barang sebesar itu tidak terangkat?!! Tidak terlihat??! Atau memang TIDAK MAU???
Alasan yang tidak ada, tanpa alasan yang BENAR-BENAR MEMUAKKAN!!!! Apa yang dia pikirkan??? Tujuannya apa?? Atau memang tidak punya hati tidak punya perasaan dan tidak ada KEPEDULIAN???!
***
Aku dijemput pak Nyoman Budi ke Yayasan Amaranee di Tabanan. Selama perjalanan, aku menenangkan diriku. Ngobrol dan tertawa.
Mendinginkan hatiku dan berusaha menekan emosiku. Karena kursi rodaku adalah kakiku dsn aku harus berusaha kakiku bisa bergerak setelah sementara "hilang". Aku merasakan tidak aman dan tidak nyaman sebelum kursi rodaku kembali kepadaku....
Saat ini, (saat tulisan ini dibuat) jam 21.30 WIT di Bali, kursi rodaku sudah dalam perjalanan menuju Tabanan, tempat aku menginap. Dan aku terus menunggu sampai aku benar-benar mendapatkan kursi rodaku lagi. Entah jam berapa, karena memang perjalanan dari bandara Ngurah Rai cukup jauh sekitar 2 jam jika tidak macet. Dan sekarang memang macet karena jam-jam pulang kantor.
Perkiraan adalah sampai jam 10 atau jam 11 malam ini. Semoga semuanya sesuai dengan apa yang aku butuhkan.
Catatan :
---------------
Aku akan terus "mengejar" Trans Nusa karena apa yang maskapai ini lakukan terhadapku, sungguh kelewatan. Kita lihat saja....
Tambahan :.
Sampai sekarang jam 22.30 WIT Bali, kursi roda belum sampai. Aku gak yakin sampai karena nomor telp. sopir yang mengantar, tidak bisa dihubungi dan terakhir malah dimatikan. Jika pagi besok tetap tidak diantar akan langsung ke polisi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H