Ketika aku katakan tentang "lajur prioritas" untuk kursi roda, si petugas 2 orang itu ngotot bahwa aku harus tetap antri. Urusan kursi roda akan menjadi ribet dan crusial jika aku harus antri, karena lama dan akan membuat antrian lebih panjang, dan kedua petugas itu tidak peduli!
Untung, aku dibantu oleh mas Erri dan dia memintaku masuk ke depan, bukan mengantri setelah dia berbicara kepada petugas counter.
KESALAHAN KEDUA Trans Nusa, dengan tidak mengertinya (tidak ada traning tentang informasi PRIORITAS???) dan TIDAK PEDULI nya bagi penyandang disabilitas!
Oklah!
Aku check-in yang dibantu dengan ramah. Kursi roda di wrap, di level pesawat dan mas Erri membawa sendiri ke counter "bagasi besar". Aku pastikan lagi kepada mas Erri, apakah BENAR-BENAR sudah diterima oleh "bagasi besar?" Dan dipastikan, sudah!
Kami menunggu petugas bandara untuk mengantarku ke pesawat dengan kursi roda bandara setelah sekitar 30 menit kemudian. Semua berjalan dengan lancar. Bahkan, di pesawat sebelum berangkat, ada seseorang dari Trans Nusa datang kepadaku dan bertanya, "Ibu bawa kursi roda?"
"Ya, aku bawa kursi roda elektrik dan baterai nya ini, kubawa ke cabin," jawabku.
"Kursi rodanya sudah masuk ke pesawat, kan?" tanyaku.
"Ya, Bu. Sudah di dalam bagasi", jawab petugas itu.
Dan, aku lega karena pernah kejadian, kursi rodaku di tinggal di Tashkent Internasional Airport, ketika aku pulang ke Jakarta, Maret 2024 lalu! Sungguh, sebenarnya aku sangat trauma karena kursi roda itu adalah "kaki" ku! Tanpa itu, aku tidak bisa "bergerak!"
***