By Christie Damayanti
Lobby sebuah Gedung apartemen disebuah permukiman perkotaan Tashkent. Suasana yang kumuh dengan suaranya bergema dan bau aneh yang menusuk hidung ku. Materialnya yang terlihat kusam dan tidak diperbaiki berpuluh tahun lalu, siapa yang survive tinggal disana?
Â
Hari itu, saat itu aku juga blusukan ke beberapa gang2 perkotaan Tashkent, Dimana memang masuk ke permukiman peninggalan Uni Soivet, dengan apartemen2 kumuh yag belum direnovasi.
Aku memang ssangat tertarik dengan kehidupan seperti itu. Sebuah kehidupan sosial dari sebuah negeri cantik, negeri muda etelah lepas dan memisahkan dirinya dari negara adikuasa berfaham sosialis komunis.
Kompleks permukiman apartemen itu, sebenarnya tidak terlihat jelek sekali, secara tampak luar, bangunan2nya sudah tampak lebih baik, mungkin sudah di renovasi, Warna nya pun kekuning2an yang merupakan ciri khas apartrman2 di Tashkent.
Lingkungannya pun tampak lebih rapih, seperti lingkungan apartemen yang cukup nyaman untuk menjadi tempat tinggal, dengan pepohonan2 yang rimbun.
Lingkungan yang asri dengan banyak pepohonan rindang dan gedung2 apartemen 4 lantai yang terlihat rapih, dan terlihat sudah di renovari bagian luar saja .....
Â
Kompleks bangunan apartemen2 itu terdapat beberapa Gedung apartemen yang sama dan sebangun. Seperti yang aku tuliskan di beberapa artikel sebelumnya bahwa salah satu konsep Uni Soviet secara negara berfaham sosialis yang "sama rata sama rasa", juga konsep membangun "tercepat dan termurah", di kompleks apartemen kali ini, memang aku merasakan demikian.
Kami berkelilng dari apartemen sat uke apartemen yang lainnya. Kesemuanya di gang perkotaan tersebut terdapat belasan Gedung apartemen, yang sepi terlihat tanpa penghuni, padahal saat itu sekitar jam 11.00 siang.
Suasana yang adem dan syahdu, memang akhirnya membuat aku nyaman, apalagi ditemani oleh sahabat dan malaikat pelindungku, Zoyirjon Narmatov yang selalu membantuk serta merekam perjalananku dengan kameranya.
Kami banyak diskusi. Atau lebih tepatnya, aku banyak bertanya tentan apa yang memang melintas di benakku untuk aku ingat sebagai bagian dari memori perjalananku di Tashkent ini. Sampai Zoyir mengajakku masuk ke sebuah lobby apartemen, yang memang aku ingin masuk ke dalamnya.
Sebelumnya, aku sempat menuliskan betapa duasana yang cukup menyeramkan ketika aku masuk ke salah satu Gedung apartemen dengan bau yang sangat menusuk. Bukan bau bangunan atau Gedung tua, tetapi9 sebuah bau yang aneh yang sepertinya aku belum pernah menciumnya.
Aku tetap tidak tahu, bau ap aitu, tetapi ketika kami berdiskusi dan Zoyir bercerita tentang tentara2 komunis sebelum melepaskan diri dari negara adikuasa berfaham sosialis, mereka bisa saja menembak warga sipil tanpa alasan.
Aku memang tidak menemukan, atau belum menemukan dokumen2 tersebut yang berhubungan dengan hal tersebut, tetapi otakku tidak mau berhenti berpikir dan menyambung2kan dengan bau aneh tersebut.
Kesimpulan awal di otakku adalah itu bau seperti bau anyir darah dimana tentara komunis tersebut menembaki warga sipil dan darahnya tidak terlalu dibersihakan bertahun2 kemudian, dan terserap oleh tanah liat dan berada disana bertahun2 .....
Entahlah .....
Alam pikiranku liar menuju kesana .....
***
Zoyir mengajakku masuk, karena dia tahu apa yang aku mau. Dia selalu mencari cara untuk kebutuhanku dan keinginanku terpenuhi, sejak aku meminta dia untuk membantuku, sesaat sebelum aku pulang dari Uzbekistan pertama kali di awal musim semi bersalju, awal Maret 2024 lalu.
Oya, aku masuk ke 2 lobby apartemn di kopleks tersebut dan aku merasakan hal yang sama dengan beberapakali aku memasuki lobby2 aparetemen peninggalan Uni Soviet tersebut. Yang sangat menjadi benang merahnya adalah pemandangan yang mengenaskan dan bau aneh yang menyeruak hidung ku .....
Pemandangan yang mengenaskan itu membuat aku benar2 berpikir, "Apakah aku mampu bertahan untuk tinggal disana, jika aku harus tinggal disana?"
Ada 2 jawaban menurutku adalah,
Yang pertama,Â
Aku akan survive untuk tinggal disana jika aku emang sudah sejak lahir tinggal di ingkungan seperti itu, karena  ya mau bagaimana lagi? Saat aku kecil, memang ada pilihan untukku? Bahkan, mungkin aku tidak akan tahu bahwa di negara lain, di bagian dunia yang berbeda, aku bisa merasakan kehidupan yang berbeda. Semuanya karena sudah terkondisi .....
Yang kedua,
Aku tidak akan survive, karena aku tahu dan sudah pernah tinggal di negara lainnya (Indonesia) yang aku merasakan yang lebih baik, dibandingkan dengan hidup di lingkungan seperti yang aku lihat dan aku merasakan "sesuatu" yang "seram" disana.
Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan diatas tentang "survive kah aku?"
Coba aku post foto2 dibawah ini. Dan, bagaimana jawaban kalian?
Begitu masuk ke sebuah lobby Gedung apartemen itu, lobby nya pun sudah tidak katuan, dengagn peninggalan2 detail yang sangat kusam. Penutup lantainya hanya sekedar beton yang tidak halus dan sudah tidak pernah dibersihkan lagi, sama sekali.
Dindingnya, terlihat perbah di cat lebih baru, tetapi itupun terlihat sudah belasan atau puluhan tahun lalu, dan mengelupas disana sini. Tangganya selalu mempunyai railing besi dicat (atau railing kayu tanpa cat, bagi apartemen2 yang benar2 belum pernah di renovasi).
Gedung apartemen di komlpeks yang sama, tetapi lobby nya lebih baik daripada fot ku diatas, dengan cat dinding berwqarna hijau, terlihat lebih baru dan dindingnya tidak terkelupas. Walau lantainya tetapi dari beton tanpa material lainnya dan tidak rata serta suara tetap menggema dan baunya pun tetap bau yang aneh .....
Â
Catatan :
Jika lobby nya saja seperti ini, sebenarnya bagaimana kehidupan penghuni di unit2 disana? Teta pada beberapa alternatif. Yang pertama, penghuni itu ya seperti lobbynya. Unit mereka berantakan karena memang berantakan atau si penghuni tidak berada dalam ekonomi yang baik sehingga dibiarkan seperti lobbynya.
Yang kedua, si penghuni tidak peduli lobbynya seperti apa, tetapi mereka mendesain interior unitnya dengan nyamyan untuk tempat tinggal mereka. Itu juga mungkin terjasi, bukan?
Di lobby tiap Gedung apartemen, terdapat pintu terkunci untuk masuk ke basement atau bunker yang dahulu untuk berlinding di mysim dingin atau menyimpan makanan, dan sekarang untuk Gudang bagi penyewa/pembeli di lantai dasar .....
Pintu lantai bawah tanah atau basement atau bunker tersebut, ada yang hanya benar2 bunker dan pintunya seperti pintu gorong2 untuk masuk ke giring2 kora, atau pintu biasa dan turun langsung ke bunker, tergantung kapan Gedung apartemen2 iru dibangun, di era Uni Soviet.
Foto kiri, ada pintu bunker dibawah tangga, yang berupa pintu kayu yang dikunci, lokasinya miring seperti pint uke gorong2. Biasanya, ada tangga monyet untuk turun kebawah.
Foto kanan, pintu bunker yang seperti pintu biasa yang juga terkunci. Biasanya ada tangga untuk turun kebawah,
Berbicara di ruang itu, selalu bergema,
Menggemakan suara2 hatiku tentang kehidupan masa lalu yang cukup menyeramkan menurutku.Â
Juga menggemakan betapa aku sudah jatuh cinta kepada negeri cantik itu, entah mengapa. Menggemakan juga bagaimana aku berkali2 berpikir, mengapa aku jatuh cinta teramat sangat tentang Uzbekistan ......
Sebanranya, sangat bertolak belakang dengan aku jatuh cinta kepada negeri cantik tersebut dengan kebutuhanku tentang negeri inklusi bagi keadaanku yang terbatas dengan kursi roda. Juga tentang kemungkinan aku tidak survie dengan keadaan permukiman yang seperti ini. Tetapi, entah bagaimana aku bisa sedemikian jatuh cinta tanpa aku bisa berbuat apapun .....
Yang jelas,Â
Jika aku memposting artikel ini, bagi siapapun yang membacanya dengan foto2 yang aku berikan, berapa banyak yang survive dengan keadaan hidup disana?
Akan banyak cerita seperti ini, di artikel2ku selanjutnya .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H