Model "Sovietisasi Tashkent" dapat diterapkan secara universal, dan ibu kota Uzbekistan memicu revolusi global untuk membawa sosialisme ke kota-kota di Uzbekistan, Asia Tengah, dan sekitarnya. Dan, itu sangat terlihat dan terasa, manakala aku blusukan ke permukiman2 lokal dan merekam semua yang terjadi disana dengan foto dan video.
Arsitek dan perencana kota berusaha keras untuk menciptakan kota baru dan, pada saat yang sama, identitas nasional Uzbek dan Soviet yang baru. Proyek ini melibatkan desain pusat kota yang menggabungkan arsitektur abad ke-20 dengan konsep arsitektur lokal. Sejak tahun 1930, ketika Tashkent menjadi ibu kota Republik Sosialis Soviet Uzbekistan, banyak rencana kota telah dikembangkan untuk mencapai tujuan ini.
Berhasilkah?Â
Tentu saja, sebelum Uzbekistan menjadi negara sendiri pada tahun 1991 lalu .....
Gempa bumi tahun 1966 memberikan peluang untuk merealisasikan proyek ambisius ini. Memang benar, peristiwa destruktif tersebut memberikan akses terhadap kapasitas ekonomi dan tenaga kerja yang sebelumnya tidak terbayangkan.
Temanku Zoyir bercerita, ketika gempa besar datang, kota Tashkent luluh lantak. Sebagian besar bangunan2 hancur, dan sebagian kecil tetap bertahan yang sekarang masih dipertahankan, bahkan untuk apartemen2 tua itu pun masih digunakan sebagai rumah tinggal.
Uni Soviet benar2 membangun kota Tashkent kembali. Perencanaan kota dibuat selama beberapa decade untuk membangun kota yang lebih dasyat lagi. Tetapi kata temanku, sepertinya mereka lupa dengan akses warga local terhadap sumber daya ekonomi yang dibutuhkan ......
Sebuah kawasan perkotaan Tashkent yang baru dengan kepadatan sangat rendah, ditandai dengan jaringan taman dan kanal serta dihiasi dengan arsitektur publik dan komprehensif yang dirancang untuk fasilitas perkotaan,
Setelah gempa tahun 1966, memang penduduk local kota Tashkent berpindah ke beberapa kota disekitarnya, karena rumah2 mereka hancur karena gempa. Sehingga, penduduk local Tashkent memang sangat berkurang.
Tashkent mewakili skenario eksperimental dan perintis yang ideal. Bangunan2 yang dipilih menanggapi gagasan perkotaan abad ke-20 yang spesifik, yang bertujuan untuk menghubungkan kota lama dengan kota baru melalui jaringan perkotaan yang terstruktur dengan baik di mana setiap bangunan mewakili sebuah titik.
Ruang hijau terjalin dengan jaringan listrik sebagai penyangga perkotaan dan konseptual antara kedua sisi kota, menciptakan ruang publik untuk waktu senggang masyarakat dan bertindak sebagai cara untuk membuktikan tentang kehidupan alam disana.