Di periode-periode sebelum era modern sekarang ini, Uzbekistan tidak hanya menjadi rumah bagi Islam, tetapi juga Budha, Kristen, dan Zoroastrianisme serta Yudaisme, menciptakan kaleidoskop arsitektur keagamaan.
Negara ini memiliki beberapa sinagoga tertua di Asia Tengah, yang dibangun oleh orang-orang Yahudi Bukharan. Bukan hanya sekedar Sejarah yang kental dengan banyak kolaborasi-kolaborasi kehidupan lokal, tetapi juga mereka menancapkan konsep kuno, klasik dan budaya untuk "memperindah" negeri cantik ini.
Kekayaan arsitektur ini sangat bergantung pada kekayaan dan kemakmuran yang dibawa ke wilayah ini melalui Jalur Sutra, dan kini, banyak kota di Uzbekistan yang beroperasi sebagai museum terbuka, yang merupakan bukti lapisan sejarah negara tersebut.
Pada abad-abad berikutnya, globalisme terjadi dengan cara yang berbeda, seiring dengan semakin pentingnya arsitektur perumahan, dan westernisasi dengan pengaruh budaya barat dan timur pada abad ke-19 menyebabkan banyak bangunan-bangunan modern mulai bertumbuh, tetapi tetap mempertahankan karakter-karakter khas Uzbekistan.
Pada saat revolusi meledak dari masih di bawah Uni Soviet dan pengambilalihan komunis, jenis arsitektur yang berbeda mulai berkembang. Bangunan-bangunan non-Soviet mulai berkembang yang terinspirasi Soviet dalam gaya brutal klasik berbenturan dengan desain kuno, sehingga menimbulkan rasa kebingungan identitas.
Hotel Uzbekistan di Tashkent, adalah salah satu bukti nyata yang memberi pengaruh besar sebagai salah satu hotel terkenal yang pernah menjadi tempat favorit para pejabat komunis, tampil menonjol dengan segala keberaniannya yang nyata.
Saat sekarang ini, Uzbekistan sedang mengalami revolusi arsitektur yang berbeda. Setelah memperoleh kemerdekaan dari runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan munculnya sistem kepresidenan yang lebih liberal pada tahun 2016, negara ini mulai memantapkan dirinya dengan identitas baru.