Sehingga pada akhirnya adalah terjadi penumpukan2 desain yang tidak sepantasnya ada di ruang public negara lainya dengan kultur budaya yang berbeda! Desain yang acak kadut itu lah yang sering merambah dunia, termaduk Indonesia.
Dimana di negeri kita tercinta ini, sering membangun komplek2 perumahan yang di desain dengan konsep kultur budaya yang bukan Indonesia, yang mengaibatkan edukasi tentang budaya dan akar rumputnya menjadi bergesar, dan generasi muda akan bingung menetukan akar budaya mereka!
Selain itu, konsep yang menarik memiliki kekuatan untuk memberikan lapisan makna, benang merah sejarah dan signifikansi pada proyek, memperkaya pengalaman pengguna dan menumbuhkan rasa keterhubungan dengan lingkungan yang dibangun.
Baik itu respons terhadap kondisi lokasi, konteks budaya, atau persyaratan program, konsep ini berfungsi sebagai cahaya penuntun yang menerangi jalan dari visi menuju kenyataan.
Rasa "keterhubungan" itulah yang akan menarik keunikan arsitek, lingkungannya serta akar rumput budaya mereka. Arsitek2 jaman kuno, klasik, atau modern akan dikenal sebagai arsitek2 yang spesifik dan dikenal pada jamannya, yang sesuai dengan kultur budaya dan akar rumputnya, BUKAN ARSITEK YANG MENGANDALKAN DESAIN2 YANG MENIRU hanya untuk viral!
***
Proses pengembangan konsep dalam arsitektur mirip dengan memahat tanah liat mentah menjadi sebuah mahakarya yang indah. Itu yang terjadi selama aku mengembara berkeliling di Uzbekistan, Dimana konsep membangun mereka benar2 sederhana dari tanah liat tetapi berhasil menembus dunia dengan hasil karya2 mereka yang megah!
Hal ini dimulai dengan pemahaman menyeluruh tentang ringkasan proyek, kondisi lokasi, dan faktor kontekstual. Analisis lokasi memainkan peran penting dalam tahap ini, memberikan wawasan berharga mengenai konteks fisik, budaya, dan lingkungan di mana proyek akan dilaksanakan.
Nyata sekali, ketika aku mengeksplore bangunan rumah sederhana di kotatua Bukhara itu, hanya menggunakan material2 tanah liat yang dicampur ddengan "salman" atau Jerami. Aku sendiri tidak tahu dengan pasti, apakah bangunan2 tua monumental seperti di kompleks Poi Kalon atau bangunan2 tua lainnya di Uzbekistan, sama dengan membangun rumah sederhana mereka, dengan tanah liat.
Tetapi jika ditilik dalam jamannya, sepertinya sama yang MUNGKIN mereka menambahkan material penguat untuk bangunan2 tinggi dan monumental ......
Berbekal pengetahuan ini, para arsitek memulai eksplorasi, membuat sketsa, membuat model, dan bereksperimen untuk membentuk ide2 abstrak mereka. Baik di jaman lalu ataupun di jaman modern sekarang ini.