By Christie Damayanti
                                                      Â
Â
Namanya juga blusukan, dan Namanya juga turis iseng yang hanya ingin berjalan2 di dunia local serta untuk survey dan pengamatan, jadi aku sama sekali tidak tahu aka nada apa di ujung sana.
Sambil menunggu mas Kardy Chiu bekerja dan setelah selesai dia akan menyusulku, tentu saja aku tidak akan menyia2kan kesempatan ini untuk blusukan di Bedok, salah satu area non-wisata di timur Singapore, yang tidak pernah aku bayangkan aku akan kesana .....
Nama Bedok pun, hanya aku bis abaca ketika naik kereta MRT, dengan tujuan2 tertentu. Tetapi, tidak akan kupikirkan akan ke Bedok. Ini saja karena mas Kardy Chiu mengajakku untuk berjalan2 sendirian, sementara dia sibuk dengagn kliennya disana dan dia akan menyusulku dimanapun di Bedok.
Perjalananku di Bedok memang menarik. Aku sudah ke beberapa taman lingkungan bahkan sudah blusukan ke sebuah permukiman mewah Lucky Height Estate, Dimana disanalah mas Kardy Chiu menyusulku.
Sebelum aku ke permukiman Lucky Height Estate, aku sempat blusukan ke sebuah cluster permukiman dan beberapa tower apartmen denagn fasilitas2 yang sangat menarik untukku.
                                                         Â
Warna warni sebuah tower apartmen ini lah, yang membuat aku tertarik untuk masuk kedalam lingkungan kehidupan mereka. Terbukti, konsep warna pun akan memberikan efek ketertarikan untuk melihat dan ingin tahu lebih jauh .....
Â
"16@Bedok", adalah sebuah cluster yang aku datangi saat itu, tetapi ini berada di seberang jalan dari permukiman mewah Lucky Height Estate. Dimana, aku hanya membayangkan ketika Lucky Height Estate membangun ramp tinggi dari ujung perbukitan ke permukaan tanah jalan utama Bedok, tentu saja akan maksudnya.
                                                           Â
Â
Yang aku pikirkan adalah penghuni Lucky Height Estate ini, bisa menuju pasar tradisional di cluster di Seberang jalan. Karena di area permukiman mewah Lucky Height Estate sama sekali tidak ada minimart bahkan supermarket pun, tidak ada! Sehingga, kebutuhan pokok sehari2 merka pasti ke supermarket di Bedok Mall yang harus berjalan kaki atau naik bus umum sekitar 30 menit.
 Yang kupikirkan adalah, mereka bisa membelinya di pasar tradisional cluster diseberangnya, hanya tinggal menyeberang jalan saja ......
Oya,
Singapore benar2 berbeda dengan Jepang. Di Jepang, di banyak titik pasti terdapat minimart! Seperti di Jakarta, minimart2 itu bertebaran di pelosok kota. Bahkan, minimart2 itu bertetangga, tetapi sama sekali "tidak bersaing", karena pelanggan2nya ada. Mereka punya pasar tersendiri dan mereka sangat hidup walau banyak sekali, seperti di Jakarta .....
Di Singapore, jarang sekali ada minimart, kecuali di mall atau di tempat2 wisata, itupun tidak banyak. Sepertinya, pemerintah asingapore berjuang untuk kehidupan pasar tradisional, sehingga mereka tidak "mati". Tetapi, pasar2 tradisional inilah yang di up-grade untuk lebih nyaman dikunjungi.
Ketika aku masuk ke sebuah cluster dengan nama di papan Namanya "16@Bedok", aku memang ingin melihat kehidupan warga local Singapore.
                                                        Â
Suasana siang hari dalam "16@Bedok", sebuah cluster tower2 apartemen di Bedok Singapore. Nyaman, bersih, rapih, aksesibel dan ramah disabilitas .....
Aku masuk dengan nyaman karena semua disediakan untuk ramah disabilitas dan prioritas. Cluster permukiman adalah tempat tinggal semua keluarga, dari kakek nenek, orang tua dan anak2, sehingga pemerintah pun sadar untuk memberikan akses dan fasilitas2 yang sesuai denagn kebutuhan, termasuk untuk disabiiltas dan prioritas, atau lansia dan anak2.
Aku meluncur nyaman diantara warga Singapore siang itu. Mereka santai menikmati suasana siang yang aku tidak merasakan panas yang menyengat, padahal sinar matahari cukup panas menusuk kuilt, tetapi tidak merasakannya.
Semakin masuk kedalam, semakin ramai. Kehidupan local Singapore yang masih banyak yang berbelanja, walau lebih banyak yang mencari makan siang, karena sudah banyak lapak yang tutup.
                                                  Terlihat kenyamanannya, bukan?
                                    Â
                                                         Â
                          Â
                                      Â
Â
Aku puas denga napa yang aku amati disana. Masuk ke area cluster tower apartemen yang bernama "162Bedok", masuk ke dalam pasar tradisionalnya, dan menemukan lobster, rajungan, kodok dan sotong!
Dan, setelah aku puas aku keluar dari area ini, dan melihat ke seberang, ramp tinggi sampai puncak perbukitan dari 2 sisi, sisi kanan dan sisi kiri, dan memulai perjalananku menyeberang serta naik keatas sana, bertemu dengan mas Kardy Chiu, seperti yang aku sudah ceritakan pada artikel sebelum nya ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H