Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan tentang Kampung Adat Bena yang Bersahaja dan Eksotis!

9 Juli 2023   11:17 Diperbarui: 9 Juli 2023   11:46 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi dari Bp Eddy Due Woi

By Christie Damayanti

Batu2 menhir yang banyak terdapat di Kampung Adat Bena, salah satu bukti bahwa kampung adat ini sudah ada dari jaman Megalithikum, sekitar lebih dari 1200 tahun lalu .....

***

Indonesia dikenal sebagai negara keberagaman yang selalu dikagumi oleh masyarakat dibelahan dunia. Negara maritim yang menyuguhkan pesona alam dan indahnya laut menakjubkan.

Tetapi, tidak hanya bicara tentang sebuah "negara maritim yang dikagumi oleh dunia saja", tetapi jutaan budaya, Bahasa bahkan suku2 di Indonesia sangat unik, sehingga aku saja sebagai Bangsa Indonesia tidak mampu untuk tahu dan hafal semua dari itu, karena keluarbiasaannya Indonesia!

Salah satu bicaraq tentang keluar-biasaan nya Indonesia adalah suku2 yang mendiami 13.677 buah pulau di seantero Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Yang ingin aku bahas untuk tema salah satu buku2ku ini adalah sebuah Kampung Adat Bena, dari 9 buah suku yang mendiaminya. Dan Suku Bena adalah yang tertua disana.

Semua pasti ada awal dan permulaan dimana sejak Jaman Batu Besar atau disebut Jaman Megalithikum, berdirilah salah satu kampung di Bajawa ini, disebut Kampung Adat Bena, yang memagn  sudah berdiri sejak sekitar 1200 tahun lalu.

Catatan :

Jaman batu besar atau Megalithikum, ada beberapa "cerita" yang aku ingat sejak kecil. Jaman Megalithikum ini, adalah jaman "batu besar", dimana jaman itu banyak terdapat berjenis2 batu yang dipakai oeh mereka untuk membangun kehidupan. 

Mereka hidup di gua2 batu, dan ada yang membantun "rumah" mereka dengan material2 alam, termasuk batu. Batu2 menhir besar dan beratnya puluhan atau ratusan ton, banyak terdapat di Kampung Adat Bena. Dan ternyata, batu menhir ini sangat aku ingat cerita Asterix dan Obelix yang tinggal di Gallia Kuno.

Obelix yang gendut dan waktu kecil dia kecemplung di kuali ramuan Ajaib dukun Panoramix, sehingga Obelix sangat kuat. Temannya adalah Asteix dan Idefix seekor anjing ulcu, dan Obelix selalu membawa2 menhir bear dan berat, yang selalu dilemparkan ke garnisun2 Romawi jika Romawi mengganggu desanya. 

Mendir2 tersebut juha berguna untuk berburu babi dan setelah itu mereka akan berpesta babi. Sebuah cerita khayal tetapi selalu melekat di pikiran dan hatiku .....

***

Kepualauan Indonesia yang sangat beragam budayanya, bahkan dalam 1 pulau saja bisa mempunyai ratusan budaya dan suku, salah satunya adalah di Pulau Flores. Dan Kampung Adat Bena pun punyai minimal 9 suku yang berada di kampung adat tersebut dengan masing2 ritual adat dan budayanya. Tetapi konsep kerukunan Indonesia memang sudah menjadi tolak ukur sebagai negara yang sangat rukun dan terus bergotong royong.

Mungkin, Indonesia akan menjadi satu2nya (?) sebagai sebuah negara dengan jutaan budaya, ratusan ribu suku dan Bahasa yang menjadi cerita unik bagi dunia. Pasti warga dunia menjadi penasaran besar tentang Indonesia, terutama Indonesia bagian timur yang memang masih setengah perawan, untuk kehidupan tradisionalnya.

Salah satunya ya ini, Kampung Adat Bena yang masih menjadi sebuah kampung purba karena kehidupannya yang sederhana dn bersahaja. Itu yang aku rasakan ketika aku berkunjung ke Kampung Adat Bena, awal bulan Maret 2023 lalu.

Walaupun tidak terlalu lama, bahkan hanya sekitar 1 jam aku berada disana Bersama tim dari Universutae Binus dan Universiti Sains of Malaysia, rasa "purba" it uterus merasuk ke dalam jiwaku, karena Kampung Adat Bena beserta beberapa orang warganya yang aku sempat mengobrol denagn mereka sangat bersahaja ......

Kehodupan mereka yang sederhana dan sepertinya mereka "menolak" kemodernan sehingga mereka terlihat nyaman dan sangat damai. Dan yang jelas, sanmgat eksotis!

Kampung Adat Bena ini merupakanm kampung megalithikum yang, sekali lagi, sangat eksotis! Bahkan, ketika kita masuk di arah kampung adat ini saja, aura itu sangat terasa dan sungguh, bulu kudukku merinding, entah karena apa.

Yang jelas, pemandangan awal dari beberapa rumah purba mereka itu, membuat aura mistis itu semakin terasa, apalagi saat itu hujan rintik masih terjadi, dan warna abu2 kabut pun menambah rasa merindingku semakin tebal.

Bukan, bukan sebuah "ketakutan", tetapi kehidupan purba di dunia modern ini lah yang membuat aku merinding ......

Kampung megalithikum ini terletak di Desa Tiwuriwu, Kec. Aimere, Kab. Ngada, Flores, NTT. Berada di puncak bukit dengan landscape Gunung Inerie yang tampak asri dan eksotis. Gunung Inerie. Gunung ini sebagai pemujaan karena untuk mereka "gunung" adalah "ibu" buat mreeka yang melindungi mereka dari semua ancaman dunia .....

Buat mereka juga, sebuah gunung adalah tempat tinggal paraq dewa.

Catatan :

Aku ingat cerita tentang Mahabaratha, yang mencerutakan tempat tinggal para dewa2 mereka di Gunung Mahameru, ketika Para Pendawa 5 orang mendaki Gunung Mahameru dan satu persat dari mreka meninggal selama dalam perjalanan, hanya Yudistira saja yang berhasil menempuh perjalanan ke swargaloka, tempat para dewa tinggal, karena Yudistira dianggap sebagai manusia suci yang tidak pernah berbuat kejahatan .....

Dan itu juga kira2 yang membuat pikiranku sebentar melayang tentang "gunung sebagai tempat tinggal para dewa", ketika ada informasi tentang Gunung Inerie di kalangan kampung2 adat di Desa Tiwuriwu, Pulau Flores.

Yang aku baca dari referensi tentang masyarakat Kampung Adat Bena, mereka memuja dan meyakini tentang keberadaan Dewa Yeta yang bersemayam di Gunung Inerie, yang melindungi mereka. Dan, memang gunung ini terlihat cantik dari mobil yang membawaku keliling Flores. Hijau segar, tanpa terlihat hutan2 yang gundul ......

***

Sebenarnya, aku benar2 tidak pernah menyangka bisa ke Flores, secara aku tahu dan yakin bahwa Indonesia (terlebih di timur) belum terlalu peduli dengn warga yang berkebutuhan khusus, dimana aku hanya seorang perempuan yang duduk diatas kursi roda elektrik, karena lumpuh tubuh kanan karena serangan stroke berat di San Francisco sejak tahun 2010 lalu.

Sehingga, ketika aku berkesempatan untuk melakukanm perjalanan dari Labuhan Bajo sampai Maumere ini, dan menuju ke 2 kampung adat disana (dari ratusan kampung adat di Flores), yaitu Kampung Adat Bena di Desa Tiwuriwu dan Kampung Adat Nunungongo di Kabupaten Nagekeo, merupakan "sesuatu banget!".

Dan, ketika sampai dan 1 jam berkeliling dan ngobrol dengan salah satu tetua adat disana dan berbicara dengan mama-mama yang sedang menenun serta Bersama beberapa anak2 mereka, aku benar2 merasakan ke-eksotisan mereka yang luar biasa! Hidup sederhana dan bersahaja. Bahkan, ketika anak2 mereka bermain mobil2an dengan beberapa temannya, mereka sangat santun dan tidak berisik!

Sebuah inspirasi dan bukti, bagaimana mereka mempunyai kehidupan yang sangat bersahaja .....

Kampung Adat Bena ini merupakan sebuah kampung yang menganggap bahwa gunung, batu, tanaman dan hewan2 itu merupakan sesuatu yang harus dihormati! Tentu saja! Mereka sanmgat menghormati bahwa kehidupan dan lingkungan mreka itu membawa manfaat bagi mereka. Bukan hanya sekedar gunung, atau batu, atau tanaman atau hewan2.

Mereka merupakan bagian dari kehidupan, dan saling menghormatilah yang menjadi salah satu symbol sopan santun dan hidup berdampingan. Itulah sebabnya, ketika 9 suku yang hidup dalam Kampung Adat Bena ini, tetap rukun dan damai walau mereka dalam suku2 yang berbeda.

Keakraban dari 9 suku2 disana, salah satunya terlihat dari ketika mereka bersama2 melakukan ritual2 adat mereka per-periodik sekali, yang bisa "memanggil pulang" keturunan mereka yang tinggal jauh merantau. Dan dalam melakukan ritual2 adat mereka, dilakukan di tanah lapang di Kampung Adat Bena, yang menghimpun 45 rumah2 adat mereka dalam 9 suku disana.

Dan setiap ritual2 adat mereka, tidak lupa mereka akan menyembelih kerbau, babi atau ayam. Tanduk2 kerbau tersusun cantik, dan rahang2 babi tergantung mistis, unik dan eksotis di tiap2 rumah adat mereka, menandakan status sosial mereka, karena seekor kerbau untuk disembelih berharga puluhan sampai ratusan juta Rupiah.

Apalagi, ketika mereka harus merubuhkan dan membangun rumah adat mereka sesuai dengan ketentuan usia2 nya, tentu saja kurban2 sembelihan lebih dari puluhan ekor itu menambah "beban" dan mengangkat status sosial mereka.

Sangat takjub melihat belasan taduk kerbau dan rahang2 babi yang tergantung mistis, seakan ada "roh" yang melayang2 disana, dikerumunan tulang2 belulang hewan2 kurban sembelihan mereka. Salah satu tanda bahwa mereka menghormati hewan2 itu .....

Salah satu "surga" Indonesia sebagai sebuah kampung purba yang tidak disangka masih ada di kehidupan bersahaja yang unik, epic dan eksotis! Harta karun yang tersembunyi, selain panorama alam yang indah luar biasa, dengan latar belakang Gunung Inerie serta latar depan kamoung2 adat, salah satunya kampung Adat Bena ......

***

Kampung Adat Bena akan membuat kita semua yang sempat bertandang kesana, akan merasakan sebuah kehidupan di jaman batu Megalithikum dengan keramah-tamahan penduduknya yang bersahaja. Mereka selalu tersenyum ketika kami melewati rumah2 adat mereka, dengan mama-mama yang mengunyah kapur sirih pinang nya.

Mereka memang tidak "kaya" dalam artian modern, tetapi mereka mempunyai "kemewahan" dan kemegahan yang merupakan salah satu bagian dari warisan budaya Nusantara Indonesia. Ya, Kampung Adat Bena memang sangat istimewa!

45 rumah adat mereka di Kampung Adat Bena ini, merupakan himpunan dari 9 suku dan ditengah2nya merupakan tanah lapang dengan beragai rumah2 mungil untuk ritual2 adat mereka. Ke-9 suku disana, dibatasi dengan tingkatan2 setiap 9 titik dimana setiap satu suku ditandai dengan 1 tingkat ketinggian.

Detail tentang 9 suku di Kampung Adat Bena ini, akan kutuliskan di bab2 berikutnya.

Rumah2 adat disana pun benar2 ber-arsitekturan purba tradisional yang berbentuk unik dan eksotis! Konsep arsitektural mereka ditandai untuk masing2 usia rumah serta gaeris keturunan yang berkuasa dengan status2 sosial penghuni rumah2 adat tersebut. Hal ini pun aku akan tuliskan di bab2 berikutnya.

Yang jelas, di setiap rumah adat selalu terdapat belasan atau puluhan tanduk2 kerbau serta rahang2 babi yang tergantung epic dan eksotis! Dan, di bubungan atap masing2 rumah adat tersebut, ada pembeda "gender" sebagai symbol leluhur mereka.

Gender laki2 sebagai leluhur lelaki dengan desain berupa manusia dengan memegang parang dan tombak serta gender perempuan sebagai symbol leluhur perempuan berdesain rumah adat miniature, dipasang di bubungan atap.

Sangat terlihat kebersahajaan mereka, bahwa rumah adat merupakan pengingat bahwa kemanapun keturunan dari sukuk2 itu pergi merantau, ketika panggilan adat datang, mereka akan pulang ke rumah mereka ......

Walau mereka memang sudah hidup modern secara Indonesia karena pemerintah daerha benar2 memberikan "kemodernan" untuk mereka, tetapi kehidupan mereka secara sehari2 masing sangat "purba".

Mereka mengerti dan bisa berbahasa Indonesia, secara aku selalu mengobrol dengan mereka, tetapi secara adat, mereka berbahasa Nga'dha dan beragama Katolik karena misionaris2 dari Eropa berdatangan sejak jaman dahulu kala. Tetapi, mereka tetap juga menjalankan keagamaan dan kepercayaan leluhur mereka, secara adat dan udaya serta tradisinya ......

Masyarakat Kampung Adat Bena ini meangn sangat unik.

Seperti yang kita tahu di Pulau Jawa kebiasaan ibu2 mengunyah sirih pinang, begitu juga dengan mama2 Kampung AdatBena, dan ternyata yang aku baca dari beberapa referensi, mengunyah sirih pingan disana diwariskan dari leluhur2 mereka.

Kunyahan sirih piang, ternyata juga sama dengan di Pulau Jawa, dari campuran daun sirih, kapur, gambir, pinang dan sedikit tembakau. Dan, ramuan ini memberi rasa segar dengan hasil unik warna merah yang menempel di gigi. Mengunyah sirih pinang selalu dilakukan tanpa mengenal waktu, dari pagi, siang, sore bahkan malam.

Keunikan masyarakat Kampung Adat Bena itu pun salah satunya dengan "berkomunikasi" dengan leluhur mereka dengan cara mempersembhakan kurban2 sembelihan yang diletakkan di bangunan2 di tengah2 kampung itu yang Bernama Nga'du (symbol leluhur laki2) dan Bhaga (symbol leluhur perempuan).

Nga'du merupakan simbol nenek moyang laki-laki. Berdiri disetiap rumah adat Flores. Bentuknya seperti sebuah payung dengan bangunan bertiang tunggal terukir dan atapnya dari serat ijuk. Jika diperhatikan mirip seperti pondok peneduh. Tiang Nga'du dibuat dari jenis kayu khusus dan keras. Selain sebagai penyanga, tiang ini juga berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.

Sedangkan Bhaga merupakan simbol nenek moyang perempuan dan bentuknya seperti miniatur rumah adat. Fungsinya untuk menerima laki-laki yang menikahi perempuan dari Kampung Adat Bena.

Catatan :

Cerita yang aku tuliskan diatas ini, akan aku bahas satu persatu pada ba2 berikutnya dengan footo2 yang aku buat ketika aku disana dan sebagian lagi, aku googling. Cerita2 yang ada di Kampung Adat Bena ini, Sebagian aku juga wawancara dari seorang tetua salah satu suku yang tinggal di Kampung Adat Bena ini, seorang tua yang sangat ramah .....

Bapak tetua adat disana juga bercerita tentang mata pencaharian ketika aku banyak kepada beliau. Bahwa, masyarakat Kampung Adat Bena umumnya berlada di kebun2 hijau yang mengeliling kampung mereka.

Untuk perempuan2 mereka, mereka harus mulai belajar menenun sejak kecil, sehingga memang ciri khas NTT adalah perempuan2 penenun, dimana karya kain tenun perempuan2 NTT sangat diminati oleh pelancong2 yan datang kesana, termasuk aku.

Catatan :

Aku adalah salah satu kolektor kain nusantara dari 34 provinsi (saat itu masih 34 provinsi) dan sudah mendapat reward dari MURI Internasional, November 2014 lalu, diserahkan langsung dari Bp Jaya Suprana di Gallery MURI Mall of Indonesia, Kelapa Gading.

Koleksiku tentang tenun, terutama Tenun NTT, itu yang terbanyak karena tema dan wrnanya lebih cantik disbanding tenun2 daerah lainya di Indonesia. Jadi, ketika aku melihat kain2 tenun yang digantung di hamper semua rumah adat mereka di teras, aku ingat punya banyak yang sejenis, yang ada di Kampung Adat Bena .....

***

Sekali lagi, Indonesia memang sangat luar biasa!

Negeri cantik kit aini mempunyai segalanya dari Tuhan. Termasuk keindahan alam serta kehidupan asli ribuan suku2 yang ada di Indonesia.Salah satunya kehidupan "purba" di Kampung Adat Bena di Pulau Flores.

Warisan Indonesia ini akan menjadi warisan dunia, ketika kita sebagai warga negara bisa memelihara dan melestarikannya, karena kehidupan modern saat ini, bisa menjadi "musuh" dalam selimut ketika kemodernan ini menggerus kehidupan eksotis Kampung Adat Bena.

Pemerintah harus tetap memberikan kehidupan modern untuk keturunan mereka bisa menjaga dan melestarikan kampung mereka, agar dunia melihat bahwa Indonesia memang sangat luar biasa!

Ya,

Kampung Adat Bena akan bisa menjadi salah satu warisan dari jaman megalithikum dengan kehidupan nyatanya yang eksotis dan bersahaja ......

Dokumentasi pribadi. Aku, salah satu tetua adat Kampung Bena dan beberapa warga yang tinggal di sana .....
Dokumentasi pribadi. Aku, salah satu tetua adat Kampung Bena dan beberapa warga yang tinggal di sana .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun