Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjuanganku Mencari Toilet dengan Closed Duduk di Flores!

8 Juli 2023   16:47 Diperbarui: 8 Juli 2023   16:48 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Dokumentasi dari Tim Binus

By Christie Damayanti

                                                                                                         

Aku, menuju Kampung Adat Bena di Ngada. Justr, satu2nya toilet umum di kantor marketing disini yang menggunakan closed duduk, walau toiletnya jauh dibawah, menuruni beberapa undakan batu2 besar yang sangat sulit untukku .....

***

Seperti yang aku tuliskan pada bab2 sebelumnya bahwa aku berkeliling Pulau Flores Bersama tim kami dalam ekspedisi Deep Explore NAGEKEO ini adalah sebuah perjuangan yang sangat berat bagi seorang Christie.

Banyak hal yang benar2 harus aku perjuangkan untuk mendapatkannya, bahkan hanya sekedar kebuuhan dasar seorang manusia, salah satunya adalah ke toilet.

Perjuangku untuk ke toilet kecuali di hotel2 yang kami inapi, sangat2 susah bagiku, karena sepanjang perjalanan kami berkeliling Pulau Flores, ketika aku membutuhkanj toilet untuk kebutuhan  dasarku, pada kenyataannya sama sekali tidak ada toilet dengan closet duduk sementara karena kaki kananku lumpuh, aku sama sekali tidak bisa jongkok denagn closet jongkok!

Memang, sebenarnya di budaya Indonesia adalah salah kaprah dengan menempatkan toilet sebagai "urutan terbelakang" untuk sebuah desain bangunan, terutama sebuah rumah. Memang, toilet adalah masuk daerah service, tetapi pada dasarnya tidak melulu daerah service berada di area "belakang" sebuah desain.

Di negara2 maju berhubungan dengagn toilet, justru toilet derada di ruang tamu, dimana orang2 yang berkunjung di bangunan atau rumah itu, dekat dengan toilet jika mereka membutuhkannya. Dengan kebersihan toilet yang sangat terjaga bahkan selalu wangi dengan aroma2 yng segar dan di desain yang cantik, toilet di ruang tamu itu justru menjadi sebuah ruang pribadi.

Itu yang ada di banyak negara maju, termasuk rumagh adikku di Irving Dallas, Texas dan apartemen anakku di Funabashi Hoten, Chiba Jepang .....

Tetapi, tidak di Indonesia. Dan beberapa negara berkembang lainnya. Toilet benar2 berada di urutan terbelakang, dan sudah menjadi budaya. Bahkan, di beberapa kawasan dunia termasuk di Indonesia, toilet tidak diperhitungkan sebagaib bagian dari sebuah bangunan atau rumah, sehingga bilik toitel justru berada di luar bangunan rumah, kadang dekat tetapi banyak juga yang meletakkannya toilet jauh di belakang rumah, terutama di pelosok2 daerah .....

Padahal, toilet adalah yang terutama dagi seorang manusia. Jika kitab isa menitipkan kegiatan kita kepada orang lain, tetapi sama sekali tidak bisa bagi kebuuhan dasar ke toilet menitipkannya kepada orang lain, kan? Semua harus dilakukannya sendiri dari tubuh sendiri!

Sehingga, toilet merupakan sebuah kegiatan pribadiyang benar2 menjadi kebutuhan pokok dan karena toilet merupakan kebutuhan pokok, tentu saja toilet harus dijaga dengan sangat baik tentang kebersihannyaq dan nyaman untuk dipergunakan.

Sanitary dalam toilet oun harus yang baik karena toilet akan dipakai seumur hidup. Jika ada sanitary yang harus diganti karena termakan usia, seharusnya seminim mungkin sehingga kebutuhan tentang toilet tidak terhambat. Fungsi2 sanitary seperti closet, bidet, kran air, wastafel atau bak mandi dan lainnya, disesuaikan dengan kebutuhan si empunya toilet.

Bahkan, khusus untuk disabilitas, toilet sebenarnya harus disesuaikan dengan kebutuhan2 yang khusus. Dan ada toilet khusus untuk disabiulitas yang berhububgan dengan luas ruang, dimenadi sanitary bahkan jumlah sanitary nya.

Untukku sendiri,

Aku sangat bermasalah dengan toilet, karena tubuh kananku yang lumpuh. Bukan hanya karena ekspedisi ini saja, tetapi otakku yang sudah cacat ini, seing "memperingatkan" aku supaya berhati2 jika berada di dalam toilet, terutama "toilet basah" dengan banyak air bahkan di lantai toilet yang basah.

Tatepi, walau aku berada dalam "toilet kering" pun, otakku memperingati hal yang sama, karena air merupakan masalah yang besar untukku, berhubungan dengan tubuh lumpuhku. Sehingga, jika aku harus ke toilet umum, aku berusaha mencari seseorang untuk menemaniku kesana. Karena, aku belum tahu keadaan toilet itu, kan? Terutama di Indonesia.

Krena kalua di negeri2 maju, aku tahu standard toilet sangat tinggi tentang keamanan dan kenyamanannya .....

Naaahhh .....

Ada lagi masalah besar tentang toilet untukku. Yaitu, aku tidak bisa jongkok berhubungan dengan kelumpuhan tubuh kananku, termasuk kaki kananku. Sehingga, jika aku mencari toilet di tempat umum, terutama di Indonesia, dan di negara yang belum ramah disabilitas, tentu saja aku harus mencari toilet umum yang mempunyai closet duduk! Ribet, kan?

Jika di negara2 maju, mereka benar2 menempatkan disabilitas menjadi prioritas! Bahkan, untuk toiletnya pun sangat khusus, disebut "toilet disabled", yang lokasnya sangat jelas di depan mata dengan signage yang besar2.

Dengan tulisanku diatas akan terbaca dengan jelas, ketika selama perjalanan berkeliling Pulau Flores ini, aku belum pernah menemukan toilet toilet dengan closed duduk! Jangankan toilet khusus untuk disabilitas!

Cerita sewaktu aku benar2 harus ke toilet dalam perjalananku dari Desa Bena Megalithicum di Ngada ke Desa Nunungongo di Nagekeo. Perjalanan yang berliku2 naik turun gunung, dengan AC dingin di bus kami, membuat aku sering ingin ke toilet.

Dan ketika aku benar2 ingin ke toilet, bolak balik tim kami berusaha mencari toilet denan closed duduk, mulai dari restoran tempat kami makan disana saat itu, lalu toko2 yang ada di sekitar restoran itu, sampai ke lingkungan perumahan di area tersebut, ternyata sama sekali tidak ada toilet dengan closet duduk!

Bayangkan!

Aku benar2 ingin pipis dengan segala permasalahan yang ada, akhirnya ada 1 toko dimana ada closed duduk, tetapi berada jauh di bawah, terpisah dari bangunan induk. Aku harus luar biasa berjuang tanpa kursi roda, ditemani salah satu tim kami, aku berpegangn dia, menyusuri Lorong sempit penuh barang. Dan, akhirnya aku sampai ke toilet itu.

Tetapi, ternyata memang bukan closet duduktetapi kloset jongkok tetapi berada di ketinggian kira2 setinggi closed duduk, sehingga aku akhirnya bisa pipis dengan tempat yang luar bisa "mencekam" ......

Yah, mau bagaimana?

Walau aku susah payah di dalam toilet kecil yang penuh dengan baju2 cucian dengan closet jongkok tetapi dalam ketinggian sama dengan closet duduk, bisa dibayangkan bagaimana susahnya untuk aku melakukan ritual pribadi.

Tetapi,

Aku adalah benar2 seorang survival!

Aku terus berjuang dengan keadaanku yang sering terbatas, sejak aku sebagai seorang pasca stroke yang lumpuh kanan, dengan kesendirian, aku menjadi seorang yang sungguh survive! Tuhan mau aku terus berjuang, untuk hidupku sendiri, ketika kedua anak2ku sudah melepaskan diri mereka untuk meraih impian mereka .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun