By Christie Damayanti
Dok. pribadi - Aku dengan latar belakang hutan Rana Mese, menuju danau dan air terjun Rana Mese
Indonesia adalah salah satu negara berkembang, dimana masih memilih mendapatkan kesejahteraan materi untuk sekedar sandang, pangan dan papan saja. Sehingga, diluar itu masih sangat banyak urutan kesekian, termasuk tentang disabilitas dan prioritas (lansia dan anak2). Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih sangat tidak berimbang .....
Ketika issue disabilitas sudah menjasi issue dunia, tentu semua negara harus menjadi "rumah" bagi disabilitas, berhubungan dengan adanya banyak perubahan2 serta aturan2 dan standard2 secara internasional dan semua yang menjadi satu kesatuan bari kota dan negara tersebut, termasuk end-user, dan termasuk aku sebagai seorang disabilitas pemakai kursi roda.
Tetapi, bagaimana negara dan warga negara bisa meresponinya, itu sangat bergantung depada bangayk hal, tentunya,
Pertama,
Disebuah negara berkembang, dimana Sebagian besar warga negara masih memilih "urusan perut" dibandingkan dengan hal2 lainnya, tentu saja mereka akan terfokus dengan makanan dan hanl2 yang berhubungan denagn kehidupan  pokok, yaitu makan. Mereka akan menempatkan issue idabilitas dan prioritas (lansia dan anak2) di urutan "keseribu" dalam penempatan urutan negara tersebut, walau secara formal issue ini tetap ada. Contoh, Indonesia.
Kedua,
Bagaimana seseorang mau peduli dengan banyak hal termasuk disabilitas, jikia otang tua mereka serta lingkungan hidup mereka tidak mendidik tentang kepedulian?
Dan, bagaimana sebuah neraga mempunyai konsep peduli untuk disabilitas dan prioritas, jika orang tersebut berada dalam tatanan pemerintahan?
Mungkin, benar dia memberikan ruang untuk disabilitas dan prioritas dalam agenda pemerintahan, tetapi pada kenyataannya adalah hanya bas abasi saja, seperti yang aku rasakan hidup di Indonesia .....
Ketiga,
Orang2 yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri saja, serta terus berusaha untuk mendapatkan keuntungan diri swndiri saja tanpa mau berbagi, bagaimana mereka bisa berpikir jauh tentang disabilitas dan prioritas? Bahkan jika mereka diberitahu tentang ini pun, mereka hanya menghindar dan bahkan mencemooh ....
Aku hanyaq menelisik dengan 3 hal tersebut saja, wa;au pada kenyataannya masih banyak faktor2 yang membuat disabiias dan prioritas menjadi "warga negara yang kesekian". Ketiga hal diatas ini lah, yang banyak aku amati. Masalah2 tentang disabiiltas dan prioritas di Indonesia dan negara2 berkembang lainnya, masih terkukung dalam ketidak-berdayaan .....
Dengan kata lain, Â kepedulian tentang banyak hal termasuk tentang issue disabilitas serta priorutas (lansia dan anak2) ini, memang sangat bergantung kepada pribadi masing2.
Sehingga, ketika aku benar2 harus bergerak sebagai seorang disabilitas yang bisa menuliskan apaq yang aku rasakan dan apa yang aku inginkan, minimal aku harus bisa memberikan  perspektif baru bagi masyarakat tentang disabiitas. Dan, aku melakukan ini terus dan terus sebagai sebuah perjuangan.
Karena pada kenyataannya dimana aku berusaha dan berhasil mendobrak dinding pemisah antar teman2 disabilitas (walau masih terbatas, karena aku berjuang sendirian), untuk kita Bersama berusaha berkarya dan berbuat yang terbaik, tidak atau belum demikian di lingkungagn dimana justru orang2 yang harusnya memnatu, tetapi tetap bebal untuk merespon apa yang aku katakana untuk mereka.
Jadi?
Bagaimana, Christie?
Ya! Aku akan tetap berjuang untuk ini. Walau aku sangat sadar, perjuanganku luar biasa berat dan masih sangat panjang! Mungkin juga, atau bisa dikatakan PASTI, perjuanganku ini baru akan dinikmati oleh masa depan, sementara aku sudah akan mendapatkan ketenangan di sisi Tuhanku ......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H