By Christie Damayanti
Dokumentasi pribadi. Diujung sana, Masjid Sultan merupakan ujung dari perjalanan heritage Singapore di Kampong Glam, serta ketika aku berada tepat di depan Masjid Sultan .....
Masjid Sultan merupakan sebuah landmark di Kampong Glam. Sebuah masjid heritage dengan perjalanan menuju kesana diapit oleh ruko2 cantik, itu luar biasa sekali.
Masjid Sultan adalah sebuah masjid yang terletak di Muscat Street dan North Bridge Road di kawasan Kampong Glam di distrik Rochor di Singapura. Dinamai oleh Sultan Hussain Shah. Pada tahun 1975, masjid ini ditetapkan sebagai monumen nasional.
Dibangun dan dibukan pada tanggal 27 Desember 1929, tetapi masih 2/3 saja dahulu, dan selesai 100% adalah tahun 1932. Masjid Sultan pada dasarnya tetap tidak berubah sejak dibangun, dengan hanya perbaikan yang dilakukan pada aula utama pada tahun 1968 dan lampiran ditambahkan pada tahun 1993.
Aku memang tidak masuk kesana. Selain saat itu adalah Hari Jumat dan hari itu lelaki2 berbondong2 untuk Sholat Jumat, aku melihat untuk masuk kesana belum ramah disabilitas, dengan beberapa undak2an tanpa ramp, dimana disana seharusnya tetap membangun ramp, sebagai negeri inklusi.
Mungkin, ada dari sisi yang lain untuk kesana, tetapi memang saat itu aku tidak terlalu ber niat masuk kesana, terlalu banyak orang dan mendung tebal pun bergantung ....Â
Masjid ini, memang merupakan titik utama masyarakat Muslim di Singapore. Dengan kubah emas yang sangat besar serta ruang2 besar untuk bersembahyang, Masjid Sultan adalah salah satu titik wisata untuk dikundungi, selain untuk melakukan kewajiban umat Muslim.
Cerita tenang Masjid Sultan ini, sangat sarat dengan sejarah. Mulai dibangun tahun 1824 untuk Sultan Hussein Shah, yaitu sultan pertama di Singapore. Lalu, dalam jangka waktu 100 tahun kemudian, masjid ini direnovasi, sampai saat ini masjid ini terus berdiri dengan megah.
Detail2 arsitektur yang terlihat dari luar, dimana aku mengamati disekeliling masjid, seperti kubah2 masjid pada umumnya, kubah Masjid Sultan berbentuk seperti bawang. Dan, dari beberapa referensi yang aku baca, setiap dasar kibah, di drkorasi dengan ujung botol kaca, yang ternyata disumbang oleh masyarakat Muslim Singapore, untuk masjid menjadi lebih cantik.
Dikukuhkan sebagai salah satu monument nasional Singapore tahun 1975, tidak salah negeri singa ini menetapkannya seperti itu, karena Singapore memang sebuah negeri multicultural dan berbagai ras dan agama internasional ada disana.
Dan, Masjid Sultan ini, bukan hanya sebagai titik pusat masyarakat Muslim di Singapore, tetapi juga sebagai salah satu titik wisata Singapore, yang tidak bisa diabaikan .....
***
Menuju ke Masjid Sultan ini, bukan seperti menuju masjid2 pada umumnya, karena di area ini adalah salah satu kawasan heritage Singapore, yang dipelihara dengan sangat luar biasa! Bukan hanya Singapore memeliharanya dengan baik saja, tetapi negeri ini justru mendandaninya dengan berbagai fasilitas2 serta membangun kawasan cantik wisata.
Ruko2 yang seperti "dayang2" atau seperti :pagar ayu" dalam sebuah pesta pernikahan, membuat Masjid Sultan ini memang sangat berbeda, dengan bangunan heritage itu sebagai ujung dari sebuah perjalanan.
Dokumentasi pribadi. Awal mula ketika kita menuju Masjid Sultan, dengan deretan ruko2 cantik sebagai pagar betis di kawasan Muscat Street ....
Sama dengan konsep sebuah perjalanan manusia, menuju Rumah Tuhan, Masjid Sultan seperti merupakan tujuan akhir kehidupan manusia. Tuhan ada disana. Mungkin, itulah konsep pembangunan Masjid Sultan yang awalnya dibangun oleh Sultan pertama Singapore, dengan jejeran ruko2 sebagai "pagar betis", tanpa ada yang menyadarinya.
Dokumentasi pribadi. Kawasan "orang2 kepercayan sultan" menuju singgasana, Masjid Sultan. Sangat terlihat di foto diatas ini, Masjid Sultan denga kubah emas,ya terlihat terapit oleh ruko2 cantik dengan deretan pohon kelapa. Untuk tujuan sebuah harapan baru .....
Aku tidak tahu dengan pasti, karena tidak ada referensi tentang ini, tetapi sebagai seorang arsitek, aku memang selalu mengamati dan menuliskanya dari sudut yang berbeda. Apalagi, ketika aku melakukan perjalanan dengan mas Kardy Chiu menuju ujungnya yaitu Masjid Sultan, da rasa bergetar ketika ternyata menuju ujung nya, selalu berjalan diantara ruko2 santik, sebagai dayang2 atau pagar ayu atau pagar betis.
Jika kita "keluar" dari deretan ruko2 cantik itu, kita akan "tersesat", blusukan ke gang2 yang kita tidak tahu. Ruko2 itu sepertinya "menjaga" kita untuk menuju ujung kehidupan manusia, Masjid Sultan. Ruko2 itu "menjaga" kita tidak keluar dari barisan, supaya kita tidak "tersesat" .....
Ya, Masjid Sultan merupakan ujung sebuah harapan baru seorang manusia, yang dibatasi oleh ratusan ruko2 cantik, supaya manusia itu tidak "tersesat" menuju harapan baru tersebut.
Apakah memang demikian?
Aku tidak tahu, tetapi aku merasakannya demikian .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H