Dimensi pedestrian yang sama, antara 1,5 meter sampai 2,8 meter dengan badan pedestrian dengan keramik/beton serta sisi kanan kirinya memakai material yang berbeda. Ini bisa menjadi pemandu bagi disabilitas netra.                                                          Â
Ini disekitar Telok Blangah, bukan daerah perkotaan tetapi di permukiman. Walau tidak serapih di perkotaan, pedestriannya tetap dibangun dengan dimensi yang sama, antara 1,5 meter sampai 1,8 meter dengan 1 sisi dengan warna kuning. Disabilitas netra, bisa meraba dengan tongkat ptihnya yang standard, sebagi jalur pemandu .....
                                                          Â
Contoh konsep disabilitas netra memakai tongkat putih yang standard panjangnya, memungkinkan disabilitas netra meraba lebar pedestrian, sebagai jalur pemandunya.
Karena mereka adalah warga Singapore dan mereka sangat dilatih dan terlatih untuk hidup di negeri itu.
Lalu, mereka menyediakan serangkaian indicator taktil arah dan peringatan untuk transportasi dalam memandu tuna netra menuju destinasi mereka. Transportasi mereka berintegrasi dengan material2 disekitarnya, dengan bantuan tongkat putih mereka yang sudah di standardisasi-kan.
Antar Negara memang berbeda,
Di Jepang, dimana aku benar2 menganggap Jepang adalah Negara ke-2 ku karena anakku tinggal disana sejak 5 tahun lalum dan setiap tahun aku kesana 3x, membuat aku terbiasa dengan Jalur2 pemandu berwarna kuning kuning untuk disabilitas netra, disetiap pedestrian dan di setiap area public.
Bahkan, di pedestrian sempit karena berada di "perkampungagn" perkotaan di Jepang, pemerintah pun tetap membangun jalur pemandu berwana kuning. Lengkap dengan kode2 peringatannya.