Jelas terlihat, mereka membangun pedestrian tanpa jalur pemandu, tetapi di setiap ujung pedestrian, selalu ada taktil dot untuk berhati2 dengan ketentuan dimensi seperti di foto atas.
                                   Â
Setiap ujung pedestrian, yang berakhir dengan penyeberangan atau masuk ke pelataran bangunan, selalu mempunyai detail yang sama, dengan dimensi2 yang juga sama, Sehingga, kupikir walau tidak ada jalur pemandu, pada kenyataannya bahkan disabilitas netra pun akan "merasakan" hal yang sama.
Bahwa, keberaturan pedestrian Singapore dan ke-konsisten-an serta focus untuk membangun pedestrian yang aksesible dengan dimensi2 yang sama dan sebangun, membuta disabilitas netra akan bisa berjalan sesuai dengan arah mereka melangkah.
Ditambah lagi, kata Andry, arsitek temanku yang bekerja di Singapur di salah satu konsultan arsitek terkenal disana mengatakan, bahwa standard "tongkat putih" Singapore sudah ada, dan dimensi pedestrian juga sama dan sebangun, membuat disabilitas netra sudah paham berjalan di pedestrian, tanpa jalur pemandu.
Ditambah lagi, setiap pedestrian di perkotaan, mempunyai materal yang berbeda, antara badan pedestrian dan sisi kanan kirinya, sehingga sisi kanan kirinya bisa menjadi cara untuk memandu disabilitas netra, untuk tidak "melenceng" terlalu jauh ......
***
Untuk jalur pemandu di setiap pedestrian di Singapore, disabilitas netra DILATIH untuk bernavigasi dari titik ke titik melalui "memori peta", di Singapore. Oleh karena itu, mereka tidak bisa bernavigasi sendirian di ruang2 baru (misalnya, mereka pergi ke luar negeri), dan mereka harus mempelajari dahulu.