Â
Juga, area balestier ini sarat dengan pemujaan. Walau aku tidak berjalan ke arah kuil dan kelenteng2 pemujaan mereka, ada sebuah kelenteng kecil di depan hotelku.
Sebuah kelenteng mungil tetapi rapi, bersih dan terpelihara. Dimana, ketika aku amati, banyak warga yang mungkin pulang dari kanto, mereka datang ke kelenteng kecil tersebut, sembahyang dan baru pulang ke apartemen mereka. Sebuah kenyataan tentang religiusnya mereka.
***
Cerita tentang Balestier yang berhubungan dengan kebutuhan dan fasilitas perkotaan khususnya tentang disabilitas dan prioritas, akan kubahas lebih lanjut karena sangat banyak detail2 arsitektural yang bisa aku baa untuk sebuah insoirasi bagi Jakarta khususnya dan Indoneisa pada umunya, sehingga kepedulian semakin tersebar luas.
Dan, Balestier bisa menjadi awal tentang bagaimana aku bisa mengamati Singapore lebih dalam lagi, tentang konsep dan desain arsitektiral serta fasilitas2 disabilitas dan untuk kaum prioritas nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI