By Christie Damayanti
Ruko2 peninggalan jaman Tionghoa peranakan, di Balestier Road
Â
Dari Changi setelah lebih dar jam 12.00 siang, aku mencari taxi untuk ke hotelku, Hotel Balestier, merupakan daerah heritage, sebuah kawasan tua berada di Balestier Road. Berupa deretan ruko2 cantik peninggalan jamn lama.
Balestier adalah sub-zona yang terletak di area perencanaan Novena di Wilayah Tengah Singapura. Jalan utama, Balestier Road, menghubungkan Thomson Road ke Serangoon Road dan jalan berlanjut sebagai Lavender Street.
Kawasan ini merupakan rumah bagi deretan ruko, seperti Ruko Sim Kwong Ho, Ruko Balestier Art Deco, 412-418 Balestier Road, dan 601-639 Balestier Road, apartemen bertingkat rendah dan bangunan komersial serta pusat perbelanjaan yang dikenal sebagai Shaw Plaza.
Namun, Shaw Plaza telah ditutup dan sedang dibangun. Balestier juga memiliki mal lain, Zhongshan Mall. Ada beberapa toko penerangan dan listrik di sepanjang Balestier Road, yang juga merupakan rumah bagi Klub Olahraga Ceylon dan Asosiasi India.
Daerah ini terkenal dengan makanannya seperti bak kut teh dan nasi ayam. Di kawasan tersebut terdapat beberapa apartemen, kondominium, dan hotel melati. Dan, salah satunya adalah hotel tempat aku menginap disana, sesuai dengan konsep traveling saat ini, yang aku akan lakukan untuk survey permukiman dan perkampunan perkotaan Singapore.
Area Balestier sendiri, sangat menarik bagiku dimana sejauh mata memandang, banyak sekali ruko2 lama konsep peranakan Singapore, dengan warna awrninya yang khas, memberikan dam[ak sejuk sebuah kota yang sangat peduli dengan sejarahnya.
Ruko2 jaman peranakan tersbut di area Balestier ini, dibangun pada awal abad 19 oleh komunitas Tionghoa dan lainnya. Ada cirri khas ruko2 jaman itu adalah lebar ruko yang umumnya ditentukan oleh jarak bentang penggunaan balok ksyu antara dinding bata. Itu bisa antara 4 meter sampai 6 meter.
Lalu, dalam penyebarannya, arsitektur aman peranakan Tionghoa, masuk juga jaman Revolusi Industri, dengan gaya Art Deco sampai modern. Walau, tata ruang interiornya tetap konsisten meskipun ada perubahan gaya selama abad ke-19.
Setelah aku check-un hotelku, mulailah aku bersiap dengan kursi roda elektrikku dengan berbagai modifikasi2 yang aku sudah persiapkan untuk traveling kali ini di Singapore.
Bagian lengan kursi roda kanan, kulengkapi dengan tempat hp 1 buah dan bagian kiri lngan, aku lengkapi dengan 2 buah hp, Diana ketiga hp itu tiap kugunakan sesuai kebutuhan, karena aky survey sendirian tanpa peralatan yang canggih.
Keluar daro hotelku, mataku dibuat terbelalak denganderetan ruko2 cantik, seperti yang aku sudah tuliskan diatas! Aku sibuk memotret sebelum aku juga harusnya melihat dan mengamati detail2 sebagai fasilitas untuk disabilitas dan prioritas tau lansia.
Di beberaps titik perempatan area Balestier yang aku jalani dengan kursi roda ajaibku, terdapat beberapa story-boar tentang wilayah Balestier, dimana kesemuanya merupakan cerita sejarah tentang daerah tersebut.
Â
Story-board2 seperti ini, banyak terdapat di area Balestier, dengan cerita sejarah di area tersebut, sangat edukatif ..... Sebuah steetscape yang edukatif bagi warga disana, nyaman untuk didatangi dan mudah untuk membacanya .....
 Daerah tersebut dinamai Joseph Balestier, konsul Amerika pertama koloni itu dari tahun 1837 hingga 1852 dan pemilik perkebunan gula. Balestier berada di Singapura antara tahun 1834 dan 1852 dan merupakan seorang ahli botani dan pertanian.
Daerah itu dinamai menurut namanya karena di sanalah perkebunannya berada. Ketika pemukim baru menghuni Balestier Road dari akhir abad ke-19, mereka mendirikan desa dan menanam tanaman seperti talas.
Deretan ruko yang dibangun pada akhir abad ke-19 telah dilestarikan, meskipun beberapa telah membuka jalan untuk pengembangan baru. Ruko2 ini untuk memberikan pelayanan kepada warga. Pada tahun 1880-an dan beberapa bungalow dibangun.
Baik Singapore Improvement Trust maupun Housing and Development Board, banyak  membangun apartemen di area yang dikenal sebagai St. Michael's Estate. Ruko modern didirikan pada 1960-an juga termasuk apartemen walk-up.Â
Pada akhir abad ke-20, beberapa bangunan membuka jalan untuk bangunan baru seperti kondominium bertingkat tinggi, pusat perbelanjaan, dan bangunan komersial baru.
Perjalananku dengan kursi roda ajaibku berkeliling dan blusuka ke permukiman dan "perkampungan" warga Singapore Balestuer ini, membuat selain mataku terus terbelalak dengan kecantikan ruko2 atau jalan2 pedestria yang nyaman serta ramah disabilitas, juga membuat hatiku baper dengan sejarahnya.
Konsep prkotaan heritage Balestier ini, dengan latar depan ruko2 jalan Tionghoa peranakan dan latar belakang apartemen2 pemerinah, adalah sebuah pemandangan yang sudah membuat aku sungguh jatuh cinta!Â
Karena, aku adalah seorang arsitek humanis yang sangat peduli selain tentang dsabilitas, juga tentang sejrahnya yang di maintain yang luar biasa!
Satu kata, WOW!
Ruko2 yang sangat cantik dan dirawat dengan sangat baik!
Ruko2 cantik peninggalan jaman Tionhoa peranakan yang luar biasa membaat mataku semakin terbelalak! Cantik sekali, kan?
Â
Juga, area balestier ini sarat dengan pemujaan. Walau aku tidak berjalan ke arah kuil dan kelenteng2 pemujaan mereka, ada sebuah kelenteng kecil di depan hotelku.
Sebuah kelenteng mungil tetapi rapi, bersih dan terpelihara. Dimana, ketika aku amati, banyak warga yang mungkin pulang dari kanto, mereka datang ke kelenteng kecil tersebut, sembahyang dan baru pulang ke apartemen mereka. Sebuah kenyataan tentang religiusnya mereka.
***
Cerita tentang Balestier yang berhubungan dengan kebutuhan dan fasilitas perkotaan khususnya tentang disabilitas dan prioritas, akan kubahas lebih lanjut karena sangat banyak detail2 arsitektural yang bisa aku baa untuk sebuah insoirasi bagi Jakarta khususnya dan Indoneisa pada umunya, sehingga kepedulian semakin tersebar luas.
Dan, Balestier bisa menjadi awal tentang bagaimana aku bisa mengamati Singapore lebih dalam lagi, tentang konsep dan desain arsitektiral serta fasilitas2 disabilitas dan untuk kaum prioritas nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H