Lalu, dalam penyebarannya, arsitektur aman peranakan Tionghoa, masuk juga jaman Revolusi Industri, dengan gaya Art Deco sampai modern. Walau, tata ruang interiornya tetap konsisten meskipun ada perubahan gaya selama abad ke-19.
Setelah aku check-un hotelku, mulailah aku bersiap dengan kursi roda elektrikku dengan berbagai modifikasi2 yang aku sudah persiapkan untuk traveling kali ini di Singapore.
Bagian lengan kursi roda kanan, kulengkapi dengan tempat hp 1 buah dan bagian kiri lngan, aku lengkapi dengan 2 buah hp, Diana ketiga hp itu tiap kugunakan sesuai kebutuhan, karena aky survey sendirian tanpa peralatan yang canggih.
Keluar daro hotelku, mataku dibuat terbelalak denganderetan ruko2 cantik, seperti yang aku sudah tuliskan diatas! Aku sibuk memotret sebelum aku juga harusnya melihat dan mengamati detail2 sebagai fasilitas untuk disabilitas dan prioritas tau lansia.
Di beberaps titik perempatan area Balestier yang aku jalani dengan kursi roda ajaibku, terdapat beberapa story-boar tentang wilayah Balestier, dimana kesemuanya merupakan cerita sejarah tentang daerah tersebut.
Â
Story-board2 seperti ini, banyak terdapat di area Balestier, dengan cerita sejarah di area tersebut, sangat edukatif ..... Sebuah steetscape yang edukatif bagi warga disana, nyaman untuk didatangi dan mudah untuk membacanya .....
 Daerah tersebut dinamai Joseph Balestier, konsul Amerika pertama koloni itu dari tahun 1837 hingga 1852 dan pemilik perkebunan gula. Balestier berada di Singapura antara tahun 1834 dan 1852 dan merupakan seorang ahli botani dan pertanian.
Daerah itu dinamai menurut namanya karena di sanalah perkebunannya berada. Ketika pemukim baru menghuni Balestier Road dari akhir abad ke-19, mereka mendirikan desa dan menanam tanaman seperti talas.