Saat itu, agak macet, dan di foto 2 ada gang kecil dimana aku bisa melihat seoran ibu muda dan lusuh, duduk di atas kuri roda yang sepertinya sudah tidak nyaman untuk dipakai. Perempuan muda itu, melihat jalanan, melihat dan menatap mataku dari kejauhan.
Pikiranku melayang2. Aku berpikir, perempuan muda itu sedang berpikir sesuatu. Mungkinkah dia berpikir,Â
"Ah, enaknya bisa naik mobil" atauÂ
"Ah, susah sekali berjalan (dengan kursi roda) keluar dan naik mobil" ......
Aku tidak tahu, apa yang dia pikirkan, tetapi beberapa menit taxi online ku berhenti, ada signal2 harapan (ataukah rasa putus asa?)seorang perempuan muda. Tetapi, apa yan aku lihat di drpan gang ini, membuat hatiku surut kembali.
Pedestrian atau trotoarnya sanat sulit untuk dijalani oleh kursi roda, apalagi kursi roda reyot yang aku lihat yang didudukioleh perempuan muda itu. Sebuah TANTANGAN untukku, tetapi bisa berbeda dengan orang lain.
Mungkin, bagi perempuan muda itu, merasa drop dan susah untuk bisa bergerak dengan keadaan seperti itu. Jadi, bagaimana pemerintah daerah Bali yang harus mampu mengayomi semua warga Bali untuk mereka bisa mandiri .....
***
Mungkin, ini contoh sangat kecil yang aku lihat. Betapa di ujung jalan dalam gang sempit di perjalananku dari Kuta ke Badung, aku bisa mengerti semakin baik, betapa disabilitas2 Bali benar2 membutuhkan bantuan berupa fasilitas2 perkotaan bagi disabilitas.
Pada kenyataannya, yang aku tuliskan pada beberapa arrtikel2ku sebelumnya bahwa pemerintah daerah Bali, masih melihat kaum prioritas dan kaum disabilitas sebagai sebuah obyek dalam hal medis serta belas kasihan dan santunan2.
Ya, mereka memang masih membutuhkan itu semua. Tetapi, bukan dalam bentuk yang lazim dilakukan dimana2, termasuk di Bali! Mereka membutuhkan fasilitas2 dan aksesibilitas untuk disabilitas. Mereka embutuhkan fasilitas2 perkotaan itu untuk mereka bisa mandiri!