Ayahnya sangat  terpuruk, dan Hendra pun aku melihatnya sangat terpuruk. Dia ingin "menyembuhkan" ayahnya. Dan secara emosional dia benar2 ingin membantu ayahnya. Aku banyak bertanya tentang ayahnya dan Hedra pun menjawabnya dengan terbata2.
Wajahnya terlihat emosional sekali sambil menjawab pertanya2ku, dan matanya meredup. Aku agak takut melihat respond an reaksinya, mebuat aku berhenti bertanya2 dan aku bercerita yang senang2 saja, sebagai seorang pasca stroke.
Ketika hampir sampai rumahku di bilangan Tebet dari Senayan City, aku meminta Hebdra untuk mengantarku ke teras rumahku. Biasanya, jika aku memakai kursi roda ajaibku, aku tidak meminta driver taxol untuk masuk ke teras, kecuali aku tanpa kursi roda dan aku butuh bantuan untuk aku berpegangan tangannya sampai teras rumah.
Aku meminta Hendra bukan hanya menunggu di ters rumahku, tetapi kuminta dia masuk ke rumahku untuk mengambil sebuah buku ku, yang pastinya akan menambah semangat Hendra, dan semoga juga untuk ayahnya.
Membuka box besar tempat buku2ku stock ku kusimpan, Hendra membantuku untuk membukanya. Sambil ngobrol, dia sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya dengan emosional dan matanya yang terus sembab.
Setelah ritual itu, membuka box buku, dan memberikan buku ku, ke Hendra, seketika itu juha, matanya berbinar dan berkali2 dia mengucapkan,
"Terima kasih, bu"
Sambil tubuhnya membungkuk hormat kepadaku .....
Seorang Hendar, anak muda seumur anakku Dennis, seorang driver taxol yang mengantarku dari Senayan City ke rumahku, menjadi temanku.
***
Tuhan Yesus, aku siap ENGKAU pakai, untuk melayani sesama. Walau mungkin hanya sekedar sebuah bukuku yang bercerita bagaimana aku berjuang untuk bangkit karena serangan stroke, setidaknya dari mata Hendra yang menerima buku itu, buku itu akan menjadi Berkat atas NamaNYA .....