Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Walau Susah Memasang Benang dan Jarum pada Mesin Jahitnya, Ibu Tetap Menjahit

9 Maret 2022   13:18 Diperbarui: 9 Maret 2022   13:21 1300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pun Bisa Menjahit

By Woro Utami Suharto

Ibuku mempunyai sebuah mesin jahit jaman dulu, yang diinjak. Ibu sering mengeluhkan ketidak-benaran mesin jahit ini. Katanya, rusak. Saya selalu memperhatikan, bagaimana ibu mempergunakan mesin jahit ini, sebelum rusak.

Saya suka seolah2 mesin tersebut bisa saya perbaiki dan membersikannya, dan saya pun mencoba2 melakukannya.

Waktu itu, saya kira2 kelas 4 Sekolah Rakyat, berarti berumur 9 tahun. Setelah mesin jahit itu dibetulkan oleh tetangga ayah, saya berhasil membuat rok bawah sederhana untuk sendiri. Saya senang sekali, waktu itu .....

Saya pakai rok itu, berlari2ke rumah eyang, untuk memamerkan ke eyang dan bulek Sri ( anak bungsu eyang).

Akhirnya, saya senang menjahit. Lalu, apa yang saya jahit?

Pada saat itu, kalau bayi sudah agak besar dan tidak memakai "gurita" lagi (gurita dipakaikan  sebagai penahan masuk angin), bagian dalam pakaian yang dinamakan "oto". Bentuknya, seperti trapezium, dengan tali diujung2nya untuk saling diikatkan, dileher dan diperut.

Saya juga bisa menjahit popok bayi untuk adik2 saya, walau bentuknya sangat sederhana. Yang agak sedikit rumit adalah menjahit "celana monyet". Pokoknya, ada lubang untuk leher, tangan dan kaki, cukup sudah .....

Kemampuanku menjahit semakin baik. Sehingga, sewaktu saya kelas 6 SR, saya sudah bisa menjahit baju2 adik2 saya yang perempuan, juga menjahit kebaya ibu. Dan terus berlanjut sewaktu adik2 saya perempuan ada 4 orang, dan saat itu saya sudah mahasiswa di Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta.

Setiap liburan pulang ke Purwokerto, saya pasti menjahitkan baju2 adik2 saya perempuan, lebih2 ketika menjelang libur Lebaran. Jahitan pasti banyak sekali, ditambah jahitan anak2 bulik, keponakan2 saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun