Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

"Inilah Kami Penghasil Sampah", dan Bank Sampah Pelangi Membantu Kami

7 Maret 2022   11:18 Diperbarui: 7 Maret 2022   12:13 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

Bank Sampah PELANGI, di Taman RW kompleks tempat aku tinggal, setisp 2 minggu sekali akan datang dan memilah2 sampah warga kompleks, menimbang dan warga mendapatkan uang dari sampah2 yang terjual untuk di daur ulang .....

***

Aku sudah mendengar tentang Bank Sampah, beberapa tahun lalu, ketika adikku memposting tentang ini dan dia dengan teman2 sekompleks di Jimbaran Bali, ikut memilah2 sampahnya, seharian dan ikut menimbang, mencatat dan ikit juga sosialisasi di sekitaran kompleks nya tersebut.

Bahkan, adikku pun bertanya, barang2 ibu almarhum banyak sekali, terutama ibu adalah seorang ibu produk jaman lalu, yang senang mengumpulkan benda2 bekas pakai, dengan alasan "sayang kalau xibuang". Seperti, botol2 parfum, botol2 bekas sampo atau sabuh cair, dan sebagainya.

Bahkan, ada sebagian "koleksi" ibu adalah barang dapir yang sidah rusak tapi cantik, ibu tetap simpan. Sehingga, rumah kami yang sudah berumur 50 tahun ini, menjadi "tempat sampah". Memang rapih, ibu meletakkan tidak sembarangan, bahkan dibelikan doos2 khusus, tetapi tetap saja barang2 itu tidak terpakai lagi ......

Sebaliknya, diluiar sana mentalitas masyarakat tentang pemanfaatan sampah masih sangat rendah. Mereka belum mempunyai pemikiran tentang pemanfaatan apalagi daur ulang. Buat mereka, sampah ya sampah dan sampah harus di bulang.

Untuk meeka sendiri, "ngapain ngurusin sampah, perut saja masih keroncongan" .....

Akhirnya, sampah2 itu memang hanya dibuang ke tempat sampah, bahkan langsung ke sungai atau selokan, yang akhirnya mengakibatkan banjir sampai selurh desa bahkan kota, "tenggelam".

Aku sendiri, memang tidak bepikir untuk memanfaatkan sampah juga daur ulangnya, karena kesibukanku sebagai pekerja. Tetapi, aku banyak memikirkan tentang "bagaimana membuangnya", karena tidak gampang membuang "sampah2" yang memang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan.

Seperti ibu almarhum. Dengan "sampah" nya yang menumpuk di rumah beliau, saat ibu masih muda, sampah2 tersebut dibat sebagai kerajinan tangan. Contohnya, duli ibu memang suka menjahir, sehingga ibu menyimpan sisa2 kain jahitannya sampai 1 doos!

Saat itu aku masih SD, dan ibu mengumpulkan ibu2 komp;eks tempat kami tinggal di Gudang Peluru saat arisan, ibu mengajarkan kreasi kain bekas, untuk lukisan dengan mencontoh dari buku, perca2 untuk bikin tas bahkan ibu sering membuat baju untukku dengan kain2 perca, yang hasilnya cantik sekali!

Atau, kertas2 warna bekas kami anak2nya menggunting, ibu sipan, dan dengan pinsil ibu memutar2 kertas2 bekas berwarna warni yang sudah direkatkan, sampai menjadi lukisan kupu2! Aku ingat betul ibu membuatnya!

Tetapi, setelah beliau semakin renta, ibu jarang melakukan itu lagi, tetapi pengumpulan sampah2 itu tetap terjadi, sampai akirnya ibu dipanggil Tuhan, dan aku serta kedua adikku mulai bingung harus bagaimana memanage barang sampah koleksi ibu .....

Akhirnya, selama 1,5 tahun setelah ibu meninggal, rutin aku memanggil pemulung yang selaliu lewat di drpan rumah kami, dan memang dibina oleh ibi sejak lama dan sempat dibelikan gerobak untuk mengangkut hasil pulunganya, Bu Darmi namanya.

Aku bawakan kardus2 sebanyak 1 gudang, yang dilipat2 oleh ibu. Pernah aku bawakan 2 buah TV 14 dan akhirnya bisa dibetulkan oleh temannya bu Darmi. 1 buah dipakai sendiri, 1 buah lagi dijual dengan harga lumayan tinggi dibanding dengan TV rusak.

Nah, bulan lalu, Bank Sampah msuk ke kompleks tempat aku tinggal dan sudah presentasi, tetapi aku tidak ikut melihat presentasinya. 2 minggu lalu, Bank SAmpah datang dan banyak warga kompleks yang membawa sampah2nya.

Dan, baru 2 minggu kemudia, hari Sabtu kemarin tanggal 5 Maret 2022 lalu, aku datang kesana, di Taman RW komleks tempat tinggal ku, untuk "membuang sampah". Bu Utami, Ketua RT 004 kompleks kami, membantuku untuk minta teman sekompleks bersama tukang untuk membawakan sampah2 dari rumahku. Si tukang membawa tang untuk mencopot sebuah rak besi yang sudah karatan dan tidak terpakai, dan dijual sbagai besi tua lewat Bank Sampah.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Si tukang dari Ibu Utami, yang membantuku untuk melepas rak besi untuk "kubuang" ke Bank Sampah PELANGI ......

 

Semua lapisan masyarakat, termasuk di kompleks tempat aku tinggal ini, juga harus bekerja keras untuk mengatasi masalah sampah. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan berpartisipasi dalam acara Bank Sampah. Konsep bank sampah merupakan konsep mengumpulkan sampah kering, memilahnya, dan mengelolanya seperti bank, bukan mengelola uang tetapi mengelola sampah .....

Mobil sudah membawa sampah2 ku, aku masih di rumah, untuk membereskan kelinci2ku dulu. Memberi makan dan beres2, kemudian bersiap, aku naik kursi roda ajaibku dengan mba Melly yang semalaman sedang menginap di rumahku, menuju Taman RW ......

BANK SAMPAH PELANGI

Itu namanya, yang sekararng ini membantu mengelola sampah2 bagi penghuni kompleks tempat aku tinggal.

Aku hanya melihat saja, karena Taman RW itu tidak ramah disabilitas untuk kursi roda. Tidak apa2, tetapi mba Melly yang membantuku untuk ikut menimbang sampah2 dari rumahku, ketika ternyata nomor antrianku untuk menimbang adalah no.5.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sampah dari rumahku, hanya sebaik kecil saja, lho! Ada box2 sepatu, rak besi keretan, botol2 plasik, tudung saji bitu plastic yang sudah rusak, gantuang baju laundry yang gampang patah bahkan fitting lampu2 lama yang sudah tidak terpakai!

 

Aku membawa segebung sampah, terdiri dari besi2 karatan bekas rak, botol2 plastik bekas sampo dan sabun cair beserta tudung saji biru yang sudah rusak, lalu box2 sepatu bekas, serta botol2 bekas minuman jus dan puluhan gantungan baju ringkih yang biasanya kudapatkan jika me-laundry baju2 kami.

Sampah2ku yang sedang di timbang/Dokumentasi pribadi
Sampah2ku yang sedang di timbang/Dokumentasi pribadi

Sampah2ku yang sedang di timbang/Dokumentasi pribadi
Sampah2ku yang sedang di timbang/Dokumentasi pribadi

Petugas2 Bank SAmpah PELANGI dengan Bu Utami, yang melayani warga kompleks yang membuang sampah2 mereka/Dokumentasi pribadi
Petugas2 Bank SAmpah PELANGI dengan Bu Utami, yang melayani warga kompleks yang membuang sampah2 mereka/Dokumentasi pribadi

Petugas2 Bank SAmpah PELANGI dengan Bu Utami, yang melayani warga kompleks yang membuang sampah2 mereka/Dokumentasi pribadi
Petugas2 Bank SAmpah PELANGI dengan Bu Utami, yang melayani warga kompleks yang membuang sampah2 mereka/Dokumentasi pribadi

 

Aku sangat excited dengan hal2 baru seperti ini, ditambah lagi aku akan mempunyai tabungan Bank Sampah. Bukan uangnya, karena pada kenyataannya sebanyak itu sampah2 yang dihasilkan rumahku Sabtu kemarin, seara materi hanya sekitar 56.000 saja.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Buku Tabungan Bank SAmpah PELANGI ku, yang pertama kuhasilkan. Segera jika uang sudah banyak, dan sudah bisa diambil, akan kuberikan kepada yang membutuhkan. Atau, untuk yang pertama nanti, akan untuk Bu Darmi di saat Lebaran .....

Tetapi, kreatifitas Bank Sampah dalam mengelola sampah2 untuk di daur ulang, sertakepeduliannya. Karena seberapa saja pun uang yang dihasilkan oleh "pembuang sampah", tetap saja berharga, dan akan bermanfaat sekali jika memang kita membutuhkannya!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Betapa warga kompleks tempat aku tinggal, bahu membahu membersihkan sampah2 kering yang dihasilkan untuk "dibuang" ke Bank Sampah PELANGI. Hari Sabtu kemarin juga, membuat warga kami bisa bersilahturahmi, karena di hari2 normal, kami tidak pernah bertemu sama sekali dengan kesibukan masing2 .....

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Aku, Bu Utami dan sebagian warga kompleks ditengah2 "sampah", dan kami tidak merasa kotor dan jijik, malahan kami merasa "inilah kami, penghasil sampah", sehingga kami memang berada dalam kehidupan kami sehari2 ......

 

Rencanaku sendiri, uang yang dihasilkan dari penjualan di Bank Sampah, akan untuk pelayanan2ku bagi teman2 dan masyarakat yang membutuhkan ......

Konsep Bank Sampah ini benar2 menarik dan mendapatkan manfaat bagi masyarakat. Masyarakat memang mendapat keuntungan secara ekonomi dari tabungan di bank sampah, namun keuntungan bergabung dengan bank sampah bukan hanya itu saja.

Masyarakat DKI Jakarta juga dapat menjadi bagian dari lingkungan yang semakin baik. Mereka tidak hanya terbiasa memilah sampah di rumah, lingkungan warga juga menjadi semakin bersih karena volume sampah yang berkurang. Terlebih lagi, sampah yang berkurang akan mengurangi beban polutan, menghemat penggunaan sumber daya alam dan energi, serta meningkatkan kualitas kesehatan warga karena lingkungan yang membaik.

Bravo Bank Sampah!

Bravo Bank Sampah PELANGI!

2 minggu lagi, aku akan membawa sampah2 yang lebih banyak lagi. Selain juga untuk membereskan dan membersihkan rumah kami, Bank Sampah PELANGI juga memberi keuntungan materis, untuk berbagi bagi teman2 atau lingkungan yang membutuhkan.

Bisa saja, nanti akan kuberikan kepada Bu Darmi, pada saat2 tertentu. Semoga Lebara besok, hasilnya sudah lumayan banyak untuk beliau ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun